Medan - Kepala Bidang Sertifikasi dan Layanan Informasi BPOM Sumut, Sacramento mengatakan pihaknya telah memeriksa minuman ringan yang menewaskan Dachi bocah berusia 7 tahun. "Empat zat kimia kita temukan pada minuman ringan buahvita yang diduga menjadi penyebab meninggalnya seorang bocah bernama Salefina Natalia Dachi diperiksa di laboratorium pihak Badan Pemeriksaan Obat dan Makanan (BPOM)," katanya. Kamis (17/2)
Dikatakannya, keempat zat kimia itu yakni, Logam Berat, Sianida, Rosen dan Nitrit."Keempat zat itu diperiksa karena menurut analisis ada gejala dugaan keracunan zat berbahaya itu," bebernya.
Dikatakannya, selain menguji isi dari minuman ringan tersebut, pihaknya juga memeriksa kemasan minuman ringan tersebut. "kita ambil semua untuk pengujian bersama dan memastikan apakah ada temuan disuatu tempat atau tempat tertentu atau sama sekali tidak ada,” katanya.
Dikatakan Sacramento, pemeriksaan itu sebenarnya akan siap dalam sehari, namun sejauh ini setelah dievaluasi belum ada ditemui tanda-tanda yang mengandung zat berbahaya dalam minuman ringan tersebut.
“Memang hasil kordinasi dari dokter, anak yang meninggal itu sudah mulai muntah-muntah dari rumah, ditempat perawatan pun masih muntah-muntah. kata dokter dan kata pasien yang datang, gejalanya seperti keracunan. Tapi, sejauh ini belum ada kita temui zat berbahaya didalam minuman ringan itu,”ujarnya.
Sacramento menambahkan, pihaknya akan terus berkordinasi dengan instansi terkait untuk mencari masalah dan kearah mana penyebab kematian Dachi, sehingga bisa memfokuskan program pencegahan kedepannya. “Tetap kita kordinasikan ke Dinkes, supaya datanya melengkapi. Terutama soal pengawasan IRT di Medan. Sebab, selama ini pembinaan IRT dalam mengolah produk masih lemah,” pungkasnya.
Sementara itu menurut Direktur Lembaga Advokasi dan Perlindungan Konsumen(LAPK), Farid Wajdi mengatakan terkait masalah ini, Dinkes Medan dan BBPOM harus mengevaluasi terhadap kebijakan regulasi dan makanan anak dimana hal tersebut menunjukkan bahwa anak-anak tidak punya rumah makanan aman dan sehat.
Dikatakannya, Begitu banyak terjadi kasus dimana anak-anak sebagai korban paling rentan. Lebih parah lagi, banyak ditemukan sarana produksi dan distribusi makanan anak yang tidak memenuhi persyaratan itu berasal dari industri kecil/rumah tangga, industri jasa boga dan penjual makanan jajanan menengah ke bawah. Maka dari itu sambungnya, perlu memperkuat pemahaman betapa pentingnya melindungi anak dari potensi korban keracunan makanan. Edukasi makanan sehat bagi anak adalah pilihan segera dan itu harusnya dimulai dari meja makan setiap rumah tangga.
Setiap keluarga perlu dibekali pula informasi dan pengetahuan memadai terkait dengan makanan sehat untuk anak. "Tak kalah penting pula adalah mengajak kesadaran para pedagang agar lebih selektif menjual dan memperdagangkan makanan sehat lebih khususnya dengan anak-anak sebagai konsumennya," bebernya seraya mengatakan Tugas moral dan sosial itu penting untuk didesak mengingat anak-anak merupakan aset yang harus dilindungi.
"Dosa terbesar orang tua, keluarga dan negara adalah ketika membiarkan anak-anak memilih sendiri makanan, padahal mereka ternyata merupakan korban eksploitasi makanan tak layak konsumsi tersebut," katanya lagi. (Akb)
Dikatakannya, keempat zat kimia itu yakni, Logam Berat, Sianida, Rosen dan Nitrit."Keempat zat itu diperiksa karena menurut analisis ada gejala dugaan keracunan zat berbahaya itu," bebernya.
Dikatakannya, selain menguji isi dari minuman ringan tersebut, pihaknya juga memeriksa kemasan minuman ringan tersebut. "kita ambil semua untuk pengujian bersama dan memastikan apakah ada temuan disuatu tempat atau tempat tertentu atau sama sekali tidak ada,” katanya.
Dikatakan Sacramento, pemeriksaan itu sebenarnya akan siap dalam sehari, namun sejauh ini setelah dievaluasi belum ada ditemui tanda-tanda yang mengandung zat berbahaya dalam minuman ringan tersebut.
“Memang hasil kordinasi dari dokter, anak yang meninggal itu sudah mulai muntah-muntah dari rumah, ditempat perawatan pun masih muntah-muntah. kata dokter dan kata pasien yang datang, gejalanya seperti keracunan. Tapi, sejauh ini belum ada kita temui zat berbahaya didalam minuman ringan itu,”ujarnya.
Sacramento menambahkan, pihaknya akan terus berkordinasi dengan instansi terkait untuk mencari masalah dan kearah mana penyebab kematian Dachi, sehingga bisa memfokuskan program pencegahan kedepannya. “Tetap kita kordinasikan ke Dinkes, supaya datanya melengkapi. Terutama soal pengawasan IRT di Medan. Sebab, selama ini pembinaan IRT dalam mengolah produk masih lemah,” pungkasnya.
Sementara itu menurut Direktur Lembaga Advokasi dan Perlindungan Konsumen(LAPK), Farid Wajdi mengatakan terkait masalah ini, Dinkes Medan dan BBPOM harus mengevaluasi terhadap kebijakan regulasi dan makanan anak dimana hal tersebut menunjukkan bahwa anak-anak tidak punya rumah makanan aman dan sehat.
Dikatakannya, Begitu banyak terjadi kasus dimana anak-anak sebagai korban paling rentan. Lebih parah lagi, banyak ditemukan sarana produksi dan distribusi makanan anak yang tidak memenuhi persyaratan itu berasal dari industri kecil/rumah tangga, industri jasa boga dan penjual makanan jajanan menengah ke bawah. Maka dari itu sambungnya, perlu memperkuat pemahaman betapa pentingnya melindungi anak dari potensi korban keracunan makanan. Edukasi makanan sehat bagi anak adalah pilihan segera dan itu harusnya dimulai dari meja makan setiap rumah tangga.
Setiap keluarga perlu dibekali pula informasi dan pengetahuan memadai terkait dengan makanan sehat untuk anak. "Tak kalah penting pula adalah mengajak kesadaran para pedagang agar lebih selektif menjual dan memperdagangkan makanan sehat lebih khususnya dengan anak-anak sebagai konsumennya," bebernya seraya mengatakan Tugas moral dan sosial itu penting untuk didesak mengingat anak-anak merupakan aset yang harus dilindungi.
"Dosa terbesar orang tua, keluarga dan negara adalah ketika membiarkan anak-anak memilih sendiri makanan, padahal mereka ternyata merupakan korban eksploitasi makanan tak layak konsumsi tersebut," katanya lagi. (Akb)
0 komentar:
Posting Komentar