Sepanjang tahun 2010 mulai dari Januari hingga Juni, sebanyak 27 orang meninggal karena Rabies dan yang paling banyak meninggal dunia terdapat di Kabupaten Gunung Sitoli dengan korban mencapai 17 orang. Senin (21/6) Siang.
Kepala seksi Pengendalian Pencegahan Penyakit Bersumber dari Binatang (P3B2), Suhardiono, mengatakan, diantara beberapa Kabupaten Kota di Sumatera Utara , yang paling banyak kasus rabies dari tahun 2009 hingga 2010 ini terjadi di Kabupaten Gunung Sitoli, dengan jumlah gigitan mencapai 1530 gigitan, sedangkan yang sudah diberikan Vaksin Anti Rabies (VAR) sebanyak 675 gigitan.
Suhardiono menambahkan, dari jumlah 1530 kasus gigitan tersebut 17 orang diantaranya meninggal dunia.
Sedangkan pada Kabupaten Kota yang juga banyak kasus rabiesnya terjadi di Kabupaten Nias, dengan kasus gigitan sektiar 165 kasus, dari jumlah kasus tersebut yang diberikan VAR sekitar 126 orang, dan 5 orang diantaranya meninggal dunia
Untuk Kota Medan sendiri ,Suhardiono menjelaskan, jumlah kasus gigitan rabies mencapai 160 orang, dan 114 kasus diantaranya sudah diberikan VAR.
"Untuk korban jiwa di Kota Medan sampai saat ini belum ditemukan,"ujarnya.
Saat ditanya mengenai persediaan VAR (Vaksin Anti Rabies-red) melalui selular, Suhardiono, menjelaskan sampai saat ini, persediaan VAR masih cukup asalkan tidak terjadi peningkatan seperti tahun sebelumnya.
Mengenai masalah VAR yang diberikan tidak sesuai dengan jumlah gigitan, Suhardiono, menjelaskan kemungkinan orang yang sudah kita latih didaerah tersebut menganggap kalau yang terkena gigitan itu tidak berbahaya. Bisa juga dikarenakan masyarakat tidak tanggap terhadap penanganan dan pencegahan penyakit rabies. (AKB)
Tahun 2011 mendatang telah direncanakan pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), penduduk Indonesia yang berjumlah sekitar 288 Juta yang dikutip berdasarkan sensus akan mendapatkan pelayanan berobat gratis di setiap Rumah Sakit Pemerintah maupun swasta yang nantinya menjadi provider cukup dengan KTP, Senin (21/6).
"Program SJSN itu sangat bagus, karena bisa membantu daerah. Karena kalau dengan Jamkesmas mempunyai kuota terbatas, sehingga daerah diwajibkan dengan Jamkesda. Namun yang terpenting dari semua itu adalah kesiapan SDM dan Rumah Sakitnya,"ungkap Drs T Bahrumsyah Anggota Komisi B DPRD Medan, Senin (21/6) di ruang kerjanya.
Bahrum menambahkan, dengan SJSN, APBD untuk Jamkesda bisa dialihkan ke Pemberdayaan Masyarakat seperti Pemberdayaan Ekonomi, misalnya Usaha Kecil Menengah (UKM-red). "Jadi kesiapan Rumah Sakit yang dirujuk oleh program SJSN tersebut jangan sampai pelayanannya tidak siap dengan pelayanan, peralatan dan obat-obatan. Intinya harus ada dukungan Rumah Sakit yang benar-benar profesional," ujar Bahrumsyah.
Maka dari itu, dirinya meminta Dinas Kesehatan Kota Medan, agar merujuk ke Rumah Sakit yang memiliki kepedulian tinggi kepada masyarakat. Apalagi menurut UU Rumah Sakit disebutkan bahwa seluruh Rumah Sakit harus menyediakan ruangan kelas III. "Sitemnya memakai INADRG (Indonesian Diagnosis Related Groups-red), dan juga harus diperkuat dengan Tim Verifikator yang handal," pungkasnya.
Beberapa waktu silam diruang kerjanya, Kadis Kesehatan Sumut dr Chandra Syafei SpOG mengatakan rencana tersebut berdasarkan Instruksi Presiden beberapa waktu lalu di Cipanas dengan Inpres No 1 tahun 2010 tentang penciptaan prioritas Pembangunan Kesehatan Penduduk Indonesia. Presiden meminta pelaksanaan SJSN harus dimulai pada tahun 2011 nanti.
Chandra menambahkan, pada bulan Desember nanti pendataan harus sudah selesai dan direncanakan pada tahun 2011 akan dimulai sehingga pada 2014 semuanya sudah tercover dalam SJSN.
Dengan begitu, seluruh penduduk Indonesia akan mendapat pelayanan berobat gratis di setiap Rumah Sakit hanya dengan bermodalkan Kartu Tanda Penduduk (KTP).
"Namun perawatannya di kelas III, bila ingin pindah ruangan, sambungnya boleh saja dengan syarat harus menambah biaya secara pribadi dengan sistem INADRG. Jadi tidak memandang status ekonomi baik miskin maupun kaya,"jelasnya.
Mengenai keberadaan masyarakat yang sudah memiliki kartu Jamkesmas ataupun kartu Jamkesda dan kartu lainnya, Chandra menjelaskan kalau kartu tersebut nantinya tidak akan berlaku lagi. Selain itu, dalam SJSN nantinya semua penyakit akan ditanggung semua, karena anggarannya melalui APBN.(AKB)
Setelah di Amputasi, Jesica Memerlukan Kaki Palsu
created by Informasi Seputar Medan di 6/24/2010 08:51:00 AMJessica warga Tarutung Kabupaen Taput, penderita kanker tulang atau Osteosarkoma di kaki kirinya memerlukan kaki palsu. Setelah tim dokter bedah Orthopedi RSUP H. Adam Malik Medan berhasil mengangkat kanker tersebut dengan cara mengambil kebijakan mengamputasi kaki kirinya, Rabu (16/6) lalu.
“Setelah luka bekas operasi ini sembuh kami berharap Jessica mendapatkan kaki palsu, agar dia bisa berjalan tanpa memakai tongkat,” ujar ibunya Renty Simorangkir, 38, di RSUP H. Adam Malik Medan, Rabu (23/6). Waktu operasi yang dibutuhkan tim bedah Orthopedi RS. Adam
Malik untuk mengangkat kanker tersebut membuthkan waktu sekitar 3 jam, dan Jesica di operasi di Ruangan Operasi Lantai III Gedung Central Medical Unit (CMU).
“Jessica masuk ke ruang operasi jam 14.00, keluar dari ruang operasi 17.00. Begitu keluar Jessica langsung sadar,” ungkap Renty. Menurut informasi yang diterima starberita, Kanker tulang di kaki kiri Jessica sudah terbilang ganas. Makanya tidak ada pilihan lagi kecuali mengamputasi kakinya. Kini Jessica hanya memiliki satu kaki. “Mungkin ini yang terbaik buat anak saya,” terangnya sembari berharap anaknya mendapat bantuan berupa kaki palsu.
Sementara itu, Kasubbag Humas RSUP H. Adam Malik Sairi M. Saragih, DCN, Mkes menuturkan, pasien jamkesmas yang bernama Jessica kini dalam proses penyembuhan maupun pemulihan bekas luka operasi. “Hari ini Rabu (16/6) dia konsul tongkat. Nanti akan diukur berapa panjang tongkatnya dan sampai saat ini kondisinya baik,”jelas Renty.
Sebelumnya, kanker tulang yang menyerang Jessica berawal dari Jesica jatuh saat bermain dengan teman-temannya. Ketika itu Jessica baru kelas 4 SD. Kedua orang tuanya hanya membawa Jessica ke tukang kusuk. Namun, dua tahun kemudian yakni tahun 2009, benjolan sebesar biji jagung muncul tepat di kaki kirinya. Kemudian, lama-kelamaan benjolan tersebut sudah sebesar buah nangka.
Melihat kondisinya semakin parah, keluarga membawa anaknya ke RS. di Jakarta. Setelah dilakukan pemeriksaan, dokter menyatakan kaki
anak pertama dari lima bersaudara ini harus segera diamputasi. Mendengar hal tersebut, pihak keluarga mengaku tidak siap baik itu secara
mental maupun biaya amputasinya, sehingga Jessica pun kembali dibawa pulang ke kampungnya.
Namun tidak ada pilihan lagi, mau tidak mau, Jessica harus segera mengamputasi kakinya karena kanker tulang di kaki kirinya itu sudah
terbilang sangat ganas.(AKB)
Persediaan darah di Kota Medan untuk saat ini masih cukup, karena didalam acara gebyar donor darah kemarin, banyak pendonor sukarela yang menyumbangkan darahnya. Hal ini dibenarkan Sekretaris PMI, drg Susyanto disela-sela kesibukannya, Selasa (22/6).
Dalam gebyar donor darah kemarin banyak pendonor sukarela yang ikut andil dalam gebyar donor darah tersebut, yang mengakibatkan persediaan darah untuk Kota Medan bisa bertahan sampai 10 hari yang tercatat dalam 1 hari Kota Medan membutuhkan 100 Kantong darah.
Menurut Sekretaris PMI, drg. Susyanto, mengatakan dalam gebyar donor darah kemarin, kita memperoleh sekitar 1000 kantong darah. Dalam hal ini kita sangat mengharapkan kelanjutan dari acara Gebyar kantong darah, agar Kota Medan tidak kekurangan darah seperti dulu. "Dalam acara gebyar donor darah yang lalu, saya sangat mengharapkan kelanjutan dari acara tersebut agar Kota Medan tidak kekurangan darah lagi,"ujarnya.
Susyanto menambahkan, Stok darah ada di PMI mampu menampung 1400 kantong darah dan ini dibagi ke Bank Darah. Sedangkan untuk UTD (Unit Transfusi Darah-red) mampu menampung 900 kantung darah dan untuk RUmah Sakit, kita memiliki Satelit dan mampu menampung 500 Kantong Darah. "Jadi kalau dari acara gebyar yang lalu berkelanjutan, kita tidak pusing darah itu mau disimpan dimana, karena kita bisa menyimpan 2800 kantung darah,"ujarnya.
Saat ditanya mengenai pembayaran yang harus dibayar oleh orang yang meminta darah, Susyanto menjelaskan kalau pembayaran tersebut tidak lain tidak bukan untuk membeli kantung darah karena darah itu harus disimpan di tempatnya dan darah tersebut cuma bertahan sekitar 3 bulan. "Dana itu digunakan untuk membeli kantong darah,"imbuhnya.
Susyanto memaparkan, kalau tahun 2011 mendatang, orang yang membutuhkan darah tidak perlu mengeluarkan uang untuk mengambil darah. Karena di tahun 2011 dari Pemko Medan ada dana untuk PMI sekitar 500 Juta pertahun dan ini merupakan keputusan dari Dinas Kesehatan Sosial. "Kemarin kami sudah memberi masukan ke Pemko Medan agar PMI diberi dana agar para penerima darah tidak perlu membayar uang untuk membeli kantong darah,"jelasnya.
Susyanto menambahkan kalau pihak Pemko Medan setuju dan kami meminta anggaran pertahun untuk PMI sebesar Rp500juta dan itu merupakan Keputusan dari Dinas Kesehatan Sosial. Jadi yang dikutip dana Rp200Ribu tersebut, bukan untuk jual beli darah, melainkan untuk membeli kantong darah dan memberi puding kepada pendonor.
Intinya, Susyanto mengatakan kalau dana 500Juta pertahun sudah berjalan di tahun 2011, setiap orang yang membutuhkan darah, tidak dipungut biaya lagi. Karena menurut saya dengan anggaran 500Juta pertahun itu sudah cukup untuk PMI. (AKB)
Rumah Sakit Haji Medan yang terletak di Jalan RS Haji Medan Estate, ternyata mempunyai stok darah cukup sampai bulan ini. Hal ini dibenarkan oleh Humas RS Haji Medan, Fauzi, SH di ruang kerjanya, Rabu (23/6).
Saat ditanya mengenai persediaan stok darah di RS Haji, Fauzi menjelaskan kalau stok darah di RS Haji ini cukup dalam arti kalau dibutuhkan pasti ada. "Stok darah yang ada di RS Haji tergantung, karena kalau sudah lewat 3 bulan, darah itu harus dibuang karena sudah tidak bagus lagi, tapi kalau ada yang membutuhkan darah, pasti ada"paparnya.
Sebelumnya, Fauzi, menjelaskan darah itu diambil dari PMI (Palang Merah Indonesia-red), kalau darah itu layak pakai, maka darah itu dibalikkan ke RS Haji Medan kalau diperiksa di PMI dan ternyata darah tersebut tidak bagus, maka darah itu harus dibuang."Rata-rata stok darah di PMI ada 10 kantong per hari,"ungkapnya. Kemarin Selasa (22/6) Fauzi menjelaskan kalau ada pasien yang memakai 2 kantong darah untuk operasi. "Dalam sebulan, untuk RS Haji Medan bisa menghasilkan 30 kantong darah,"jelasnya.
Saat ditanya mengenai apakah setiap pasien yang membutuhkan darah, apakah mereka harus mengeluarkan duit untuk mendapatkan darah tersebut, mendengar penjelasan tersebut, Fauzi menjelaskan kalau mereka yang memerlukan darah memang dikenakan biaya sekitar Rp200Ribu perkantong darah. Hal ini dilakukan hanya untuk membeli kantong darah, jarum suntik dan semua peralatan untuk kebutuhan penyimpanan darah. "Dana tersebut digunakan untuk membeli semua peralatan yang digunakan untuk menyimpan darah seperti kantong darah dan beberapa peralatan untuk mengambil darah, karena itu semuanya hanya dipakai sekali,"jelasnya. (AKB)
Weekend kemarin akhirnya jadi juga, sempat hampir tidak jadi karena kemarin Minggu (20/6) ada liputan mendadak yang membuat planning jalan-jalan Kajol (Kagak Jolas-red) yang mengakibatkan tidak jadi berangkat.
Matahari yang terbit membuat hari ini menjadi cerah. Matahari yang memancarkan sinarnya masuk ke kamar 9007 The Arya Duta. sinarnya tepat didepan aku sehingga aku harus menutup kain jendela yang berada didepan jendela berlantai 9 The Arya Duta.
situasi Kota Medan terlihat masih sunyi karena seputaran Kantor walikota masih sedikit kenderaan yang berlalu lalang. Terlihat Pagi ini Minggu (20/6) banyak orang mengendarai sepeda sengaja untuk mengisi waktu libur dipagi hari yang cerah karena matahari yang tidak enggan memancarkan sinarnya.
RAF, BDEE, AKB dan RIS berada di lantai 9 The Arya Duta untuk menikmati beberapa malam dan menikmati fasilitas yang diberikan dari Hotel tersebut. The Arya Duta yang terletak di Jalan Balai Kota Medan. Karena berada di ketinggian sekitar 250 kaki, terlihat Kota Medan begitu padat dengan bangunan-bangunan yang terdiri dari bangunan rumah penduduk dan bangunan bersejarah sekaligus juga terlihat bangunan tempat penginapan yang tidak kalah tingginya dengan The Arya Duta.
Tv, Kulkas kecil, dan beberapa makanan dan minuman yang berada di kamar itu, yang merupakan fasilitas, membuat kami sedikit merasa sebagai orang yang mempunyai apa yang kami inginkan. Hingga matahari yang terus naik sampai pukul 12.00 Wib untuk menyinari Kota Medan membuat kami terus berada di kamar yang memiliki pendingin ruangan hingga 10 derjat celcius.