DPD RI Meninjau Lokasi Rumah Bayi Tanpa Hidung


Medan - Anggota DPD RI, Parlindungan Purba langsung meninjau rumah Julianto Patra bayi berusia 8 bulan lahir tanpa hidung dan bernafas melalui mulut, bayi anak dari pasangan suami istri Benteng Situmorang (28) dan Tika Noprianingsih (20) warga Jalan Desa Tanjung Selamat Lingkungan Namubatang Deliserdang.

Dia mengatakan kedatangan dirinya untuk melihat rumah bayi tanpa hidung karena merasa prihatin setelah mendapat informasi dari media cetak. "Saya prihatin melihat kondisi bayi tersebut, maka dari itu saya langsung melihat kerumah bayi tersebut," katanya seraya mengatakan kedatangan dirinya tersebut, agar bayi tersebut bisa kita rujuk atau kita masuk ke rumah sakit Adam Malik untuk mendapat perawatan yang lebih insentif.

Namun, sesampainya anggota DPD RI dirumah Julianto Patra, bayi tanpa hidung yang berada di Jalan Desa Tanjung Selamat Lingkungan Namubatang Deliserdang, ternyata rumah tersebut kosong dan menurut informasi yang diterima dari warga sekitar, kalau Benteng telah membawa anaknya ke rumah sakit daerah Pakam bersama Sekretaris Camat Namorambe, Drs J Manalu sekitar pukul 11.00 Wib.

"Ini sangat bagus, karena kita melihat ada respon positif dari Pemkab dengan membawa Patra ke rumah sakit daerah pakam," katanya seraya mengatakan kondisi bayi tersebut harus tetap dipantau.

Dikatakan Parlindungan, pihaknya sudah menelpon Dirut RSUP H Adam Malik, dr.Aswan Hakmi SpA MKes dan pihaknya mengatakan RSUP H Adam Malik siap menampung.

Masih Parlindungan, pihaknya akan tetap memantau bayi tersebut. "Selama 2-3 hari kita akan merujuk bayi tersebut ke RSUP H Adam Malik," katanya lagi.

Sebelumnya, Julianto Patra yang lahir pada 6 Juni 2010 lahir tanpa mempunyai hidung. Menurut ibunya, Tika saat mengandung Patra dirinya tidak pernah mengalami hal buruk ataupun mimpi buruk. "Saya tidak pernah mengalami hal-hal yang buruk seperti jatuh, atau mengkonsumsi makanan yang membahayakan kandungan saya," katanya seraya mengatakan selama dirinya mengandung, setiap sebulan sekali dirinya selalu memeriksakan kandungannya keposyandu terdekat tanpa melakukan USG.(Akb)

Jampersal Menunggu Edaran Menkes

Medan - Pelaksanaan program Jaminan Persalinan (Jampersal) gratis, masih menunggu surat edaran dari Kemenkes RI. "Dalam waktu dekat, surat edaran itu akan disampaikan ke daerah," kata anggota DPD RI asal Sumut, Parlindungan Purba SH MM. Kamis (10/2)

Dikatakan Parlindungan, dirinya menanyakan langsung ke Kemenkes RI tentang realisasi Jampersal. Menurutnya, program ini sangat bagus dan sangat dibutuhkan masyarakat. Apalagi di sisi lain, dengan adanya realisasi Jampersal, target pemerintah untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak semakin membuahkan hasil.

“Saya berharap, program Jampersal ini segera direalisasikan. Program ini bagus dan sangat dibutuhkan masyarakat. Dengan gratis persalinan di layanan kesehatan, maka secara langsung mengajak ibu hamil mengunjungi layanan kesehatan untuk menjalani persalinan,” beber Parlindungan.

Diterangkan Parlindungan, Sesuai informasi Dr Ami, Pusat Komunikasi Depkes RI, jaminan persalinan dilakukan secara berjenjang melalui rujukan, persalinan normal dilaksanakan di tingkat Puskesmas dan jaringan.

Apabila ada dugaan kearah kasus penyulit pada saat pemeriksaan rutin kehamilan dapat dirujuk ke rumah sakit terdekat.
Masih dikatakan Parlindungan, jampersal sedang disiapkan karena ada perubahan dimana sebelumnya dana dialirkan ke Puskesmas, namun tahun ini dialirkan ke TIM Pengelola kabupaten/kota untuk mengelola dana Jampersal dan Jamkesmas.

Sedangkan untuk kesiapan TIM Pelaksana di daerah sedang disiapkan dan diharapkan akhir Februari sudah berjalan. Namun bagi rumah sakit yang sudah menerima rujukan sudah dapat dilayani di rumah sakit karena dananya ada di rumah sakit jaringan Jamkesmas.

Sebagaimana diketahui, Kemenkes RI di akhir tahun lalu sudah menngumandangkan program Jampersal. Program ini menggratiskan biaya persalinan untuk seluruh warga Indonesia. Syaratnya, proses persalinan di layanan kesehatan Puskesmas dan rumah sakit provider Jamkesmas dengan pelayanan kelas III.

Targetnya, pemerintah ingin menurunkan angka kematian ibu dan anak yang masih tinggi di Indonesia. Target tersebut tertuang dalam RPJMN dan millennium development goals (MDGs).

Sebelumnya Kepala Dinas Kesehatan Sumut dr Candra Syafei SpOG mengatakan, Sumatera Utara dengan segenap layanan kesehatan yang ada, siap menjalankan program tersebut. Hal ini juga sejalan dengan visi misi Pemprovsu untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Dimana selama ini, sambung Candra, program Jampersal yang digulirkan Kemenkes RI belum bisa dilaksanakan karena belum ada edaran dan petunjuk pelaksana.(Akb)

Beri bendera pesan ini Hastag Menilai Tumbangnya Papan Reklame dikarenakan Kegagalan pondasi

Medan - Pengurus Himpunan Ahli Struktur Tahan Angin dan Gempa (Hastag) Indonesia menilai, tumbangnya struktur reklame di Jalan Tamrin akibat kegagalan pondasi. Proses pembangunannya tidak memperhatikan analisis, data tanah dan perencanaan.

“Strukturnya sudah kuat, tapi pondasinya dibuat tidak berdasarkan analisis, data tanah dan perencanaan yang matang,” kata Ir Nurjulisman, Ketua II Hastag Indonesia menanggapi insiden tersebut di kantor Hastag Indonesia Jalan Gaharu Medan, Rabu (9/2).

Menurut Nurjulisman yang didampingi Ketua I Ir Daniel Rumbi Teruna MT, Wakil Sekretaris I Ir Besman Surbakti MT, Pengurus I Ir Martono Anggusti SH MM MHum dan Pengurus III Ir Herri Suryadi Samosir, kejadian ini sungguh memalukan. Seandainya proses pembangunannya sesuai perhitungan dan dikerjakan tenaga ahli yang bersertifikat, maka hal itu tidak akan terjadi.

Besman menganalisa, proses robohnya struktur itu berlangsung lama dan tidak terjadi secara tiba-tiba. "Karena pondasi yang tidak sesuai dan ditambah beban yang berat serta ditambah getaran dari kendaraan secara terus menerus, membuat stabilitas guling struktur tidak kuat dan roboh," terangnya.

Harusnya, tambah Herri Samosir, proses pembuatan struktur reklame itu melalui proses perijinan yang ketat dan dilakukan pengawasan di lapangan. Tentunya, harus ada penilaian dan pengawasan dari tenaga ahli konstruksi.

“Tidak hanya asal dibangun. Apalagi struktur pondasinya tidak memakai tulang, sehingga tidak mampu bertahan,” ujarnya.

Sebenarnya, lanjut Herri, sesuai undang-undang no.28/2002 tentang bangunan, maka tiap provinsi dan kabupaten/kota harus ada pembentukan tim ahli. Tim ahli itu akan memberikan penilaian tentang perhitungan dan perencanaan konstruksi. Setelah adanya rekomendasi dari tim ahli konstruksi, baru instansi terkait mengeluarkan izin membuat bangunan (IMB).

“Di sisi lain sebenarnya, undang-undang juga mengatur adanya peluang masyarakat melalui perwakilan untuk melakukan gugatan class action baik kepada pemerintah maupun perusahaan yang terkait,” ungkapnya.

Sementara, Martono menambahkan, dalam kasus ini, Hastag juga meminta Pemko Medan segera mengevaluasi struktur bangunan reklame dan billboard yang ada di Kota Medan. "Melihat kasus ini, kuat dugaan struktur-struktur reklame lainnya juga dibangun tidak sesuai standar," ucapnya.

Sebagai kumpulan para ahli, dia tidak menolak jika memang Hastag diperbantukan untuk melakukan evaluasi. “Bisa dievaluasi, kalau ada struktur yang tidak kuat akan diperkuat atau kalau tak bisa dibongkar. Tapi, kalau sudah kuat tidak perlu lagi,” jelas Martono.

Terpisah, Sekretaris Komisi A DPRD Medan, Ilhamsyah mengatakan tumbangnya papan reklame ini perlu dipertanyakan. “Aneh juga ini. Kita minta dinas terkait untuk evaluasi ini. Masaan papan reklame bisa tumbang padahal tidak ada hujan dan angin kencang” cetusnya seraya mendesak Pemko Medan untuk menertibkan billboard yang ada di Kota Medan, sebelum jatuhnya korban.

Sementara itu, Walikota Medan, Rahudman Harahap mengintruksikan Sekda untuk mengevalusi keberadaan reklame yang berdiri. Selain itu, pengawasannya juga ditingkatkan. Kedepan pembuatannya harus berkoordinasi dengan lintas sektor, tidak hanya Dinas pertamanan, tetapi termasuk dari camat setempat. (akb)

Beri bendera pesan ini Dinkes Sumut Waspadai Kasus Flu Burung

Medan - Kasus flu burung yang ditemukan kasusnya pada tahun 2006-2007 dimana sebanyak 8 orang positif dan 7 diantaranya meninggal, hingga kini belum ditemukan kasus seperti ini lagi, namun Propinsi Sumatera Utara tetap mewaspadai kasus flu burung ini, khususnya pada manusia. Rabu (9/2)

"Kewaspadaan flu burung pada manusia, bisa saja terjadi, soalnya di Sumut termasuk salah satu propinsi yang masih terjadi kasus flu burung pada unggas," kata Kepala Dinas Kesehatan Sumut dr Candra Syafei SpOG melalui Kepala Seksi Wabah Suhadi, Rabu (9/2).

Dikatakannya, Di Indonesia, hanya Gorontalo dan Maluku Utara yang tidak terdapat kasus flu burung pada unggas. Namun, provinsi lainnya, masih endemis flu burung pada unggas yang ditandai dengan kematian mendadak pada ayam. "Dengan begitu, masih ada kekhawatiran kasus pada unggas terjangkit pada manusia,” ujarnya.

Sambung Suhadi, masalah ini tidak saja menjadi perhatian Negara, tapi juga organisasi kesehatan dunia (WHO). Untuk itu, negara yang berpotensi terjadinya kasus flu burung digalakkan sosialisasi kepada masyarakat tentang penanganan kasus secara dini.

Dikatakannya, sejak 2010-2011, Dinkes Sumut sudah memberikan sosialisasi kepada 1650 orang di seluruh kabupaten/kota se-Sumut tentang penanganan secara dini terkait kasus flu burung. “Kita sudah melakukan sosialisasi flu burung 55 angkatan dengan jumlah 1650 orang se Sumut,” jelas Suhadi.

Dijelaskannya, materi sosialisasi, bagaimana mendiagnosa atau mengenali kasus di pelayanan kesehatan dasar, baik Puskesmas atau klinik dokter swasta. Soalnya, berbagai penyakit selalu dengan gejala demam. Flu burung juga masuk dengan demam tinggi.

“Petugas pelayanan kesehatan harus melakukan anamneses mendalam jika menangani pasien yang demam. Misalnya, menanyakan apakah pasien itu dalam seminggu terakhir ada kontak dengan unggas yang mati mendadak atau kontak dengan produk unggas. Jika ada, maka kuat dugaan pasien itu suspect flu burung,” ungkapnya.

Setelah anamneses dan ada dugaan, masih dikatakan Suhadi, maka bagaimana melakukan penatalaksanaan. Dalam hal ini, petugas segera memberikan obat Oseltamivir atau Tamiflu. "Obat ini, ada disediakan Kemenkes RI dan telah didistribusikan ke seluruh daerah," ungkapnya.

Selain pemberian obat Tamiflu, langkah selanjutnya, pasien harus dirujuk ke rumah sakit yang ditunjuk untuk penanganan flu burung. Di Sumut, ada lima rumah sakit yakni, RSUP Haji Adam Malik Medan, RS Siantar, RS Tarutung, RS Padangsidimpuan dan RS Kabanjahe.

Tidak hanya itu, petugas juga harus melakukan pencatatan dan melaporkan serta menanggapi kasusnya ke instansi terkait.

"Jika memang ada ditemukan suspect flu burung, maka pemeriksaan specimen secara umum bisa dilakukan di Sumut dengan system pemeriksaan ELISA. Jika hasilnya positif, maka pemeriksaan dilanjutkan ke Balitbangkes Kemenkes untuk lebih memastikan," bebernya.

Selain itu, lanjut Suhadi, masyarakat juga diminta proaktif melaporkan setiap kasus unggas mati mendadak yang ditemukan di masyarakat. Artinya, setiap ada kematian unggas, maka perlu diwaspadai warga sekeliling apakah ada ditemukan influenza like illness (ILI) atau sakit seperti flu.

“Jadi, semakin cepat ditangani kasusnya, maka angka kematian akibat flu burung bisa diminimalisir. Soalnya, beberapa kasus yang pernah terjadi sebelumnya, kematian disebabkan karena keterlambatan penanganan kasusnya,” katanya lagi. (akb)

Bayi Lahir Tanpa Hidung



Medan - Julianto Patra bayi berusia 8 bulan lahir tanpa hidung dan bernafas melalui mulut, bayi tersebut anak dari pasangan suami istri Benteng Situmorang (28) dan Tika Noprianingsih (20) warga Jalan Desa Tanjung Selamat Lingkungan Namubatang Deliserdang. Rabu (9/2)

Julianto Patra yang lahir pada 6 Juni 2010 lahir tanpa mempunyai hidung. Menurut ibunya, Tika saat mengandung Patra dirinya tidak pernah mengalami hal buruk ataupun mimpi buruk. "Saya tidak pernah mengalami hal-hal yang buruk seperti jatuh, atau mengkonsumsi makanan yang membahayakan kandungan saya," katanya seraya mengatakan selama dirinya mengandung, setiap sebulan sekali dirinya selalu memeriksakan kandungannya keposyandu terdekat.

Dikatakannya, selama dirinya mengandung, bayinya sehat karena dirinya selalu keposyandu untuk memeriksakan kandungannya, namun dalam pemeriksaan kandungan Tika tidak pernah memeriksakan bayinya melalui USG. "Saya setiap sebulan sekali keposyandu untuk memeriksakan kandungan saya, namun selama saya mengandung, kandungan saya tidak pernah diperiksa melalui USG," terangnya.

Menurut Benteng Situmorang, mengatakan bayi pertama mereka lahir dirumah bidan Desa, Juwita boru Sitepu dengan berat 1kg. "Menurut bidan, bayi kami lahir prematur karena hanya 8 bulan," terangnya seraya mengatakan bagi kami, buah hati kami tidak prematur karena sudah berusia 8 bulan. Namun, sekarang, berat badan bayi kami mencapai 4,8 kg.
"Sekarang, untuk memantau perkembangan bayi kami, kami sebulan sekali keposyandu untuk memeriksakan perkembangan kesehatan bayi pertama kami," ujarnya.

Ditanya mengenai apakah sudah terdaftar dalam jamkesda, Benteng menjelaskan, pihaknya belum memiliki kartu Jamkesda. "Kemarin kartu keluarga dan KTP saya sudah siap, namun karena salah penulisan, makanya saya kembalikan lagi," bebernya sembari mengatakan setiap minggunya, bayi mereka meminum susu dengan harga Rp50Ribu. "Walaupun gaji saya Rp800Ribu, nanum itu sebisa saya untuk menghidupi keluarga saya," ujar lelaki yang menikah tahun 2009.

sementara itu Tika mengatakan kalau dirinya sedih karena dirinya tidak berpikir kalau anaknya bisa lahir dengan kondisi seperti ini. "Kami pasrah, datang dari kami seperti ini, itulah yang kami terima," ungkapnya.

Ditanya mengenai apakah masih diberi ASI pada bayinya, Tika menjelaskan dirinya hanya sebulan saja diberi ASI karena bayinya hanya bisa bernafas melalui mulut. "Saya hanya bisa memberi ASI selama sebulan kepada bayi saya," katanya lagi seraya mengatakan kalau dilanjutkan diberi ASI, bayinya akan sulit bernafas karena terhalang payudaranya.

Menurut informasi yang diterima, Kepala desa sering melihat kondisi bayi yang tidak memiliki hidung ini.

Sementara itu, dr chridtofel tobing spog terkait masalah ini mengatakan, kita akan melihat dulu apa penyebabnya. Tapi secara teori penyakit ini bisa dikarenakan sembarang meminum obat. Seharusnya setiap tiga bulan pertama harus dilakukan pemeriksaan. "Karena pada usia kehamilan tiga bulan merupakan pertumbuhan organ-organ pada si bayi semasa didalam kandungan," katanya. (Akb)

SOP Kebersihan Tidak di Indahkan Dinkes Sumut

Medan - Dinas Kesehatan Sumut seharusnya menjadi panutan dalam lingkungan sehat dan bersih bagi instansi lain dan masyarakat, bukan malah tidak memenuhi Standart Operasional Prosedur (SOP) tentang kebersihan kantor.

Menurut pantauan Tribun, sejumlah ruang yang berada dikantor Dinkes Sumut yang berada dijalan Kapten Sumarsono terkesan kumuh. Pasalnya ruangan menuju aula debunya menumpuk, sampah banyak berserakan. Sama halnya dengan kantor Dinkes Sumut di Jalan Perintis Kemerdekaan tidak jauh beda dengan kantor yang berada di Jalan Kapten Sumarsono, banyak kotak-kotak menumpuk, bahkan toiletnya tidak layak pakai, seperti WC dan bak mandi berkaratan bahkan pintu WC yang terlepas pun tidak kunjung diperbaiki.

Terkait masalah ini, menurut Pengamat kesehatan, Destanul Aulia menilai, harusnya Dinas Kesehatan menjadi contoh bagi instansi lain dan masyarakat untuk menunjukkan lingkungan sehat dan bersih. Sebab, Dinkes tahu bahwa lingkungan yang tidak sehat akan menimbulkan penyakit.

"Kalau kantor dinkes kotor, itu berarti tidak mencerminkan kesehatan. Seharusnya, instansi kesehatan harusnya jadi contoh yang baik kepada instansi lain dan masyarakat, ternyata tidak ditunjukkan dari pihak Dinkes sendiri," katanya.

Dikakatan Destanul, memang itu masalah kecil. Namun, kalau masalah kecil ini sepertinya tidak diperhatikan oleh Dinkes, sehingga akan jadi masalah besar. Harusnya, ada komitmen dari Kadis setempat untuk mensosialisasikan pada jajarannya untuk menjaga kebersihan dijajarannya.

"Ini mencoreng muka sendiri. Harusnya, Dinkes jadi lapisan terdepan yang memberikan contoh hidup sehat termasuk kebersihan. Jangan hanya menggembor-gemborkan pada masyarakat supaya jaga kebersihan lingkungan, tapi lingkungan instansinya sendiri tidak bersih," bebernya.

Masih dikatakannya, Dinkes harus memiliki SOP (standart operasi prosedur) kesehatan dan kebersihan kantor. Misalnya, kamar mandi dibersihkan tiga kali sehari, sampah-sampah dipisahkan antara yang organik dan non organik, banyak memasang plang jaga kebersihan, bahkan bila perlu membuat larangan merokok dilingkungannya.

Sementara, Kadis Kesehatan Sumut, dr.Chandra Syafei SpoG mengatakan, hal ini terjadi dikarenakan Dinkes Sumut kekurangan air untuk membersihkan kamar mandi yang berada di kantor Dinkes Sumut.(akb)

Jampersal Belum Terealisasi

Medan - Program pemerintah untuk menekan angka kematian ibu dan bayi dengan menggratiskan biaya persalinan atau jaminan persalinan (Jampersal) di layanan kesehatan kelas III hingga kini masih belum terealisasi di Sumatera Utara. Padahal, program tersebut sudah jauh-jauh hari dipersiapkan. Harusnya sudah ada petunjuk pelaksana dan petunjuk teknis di daerah untuk kelanjutan program. Menyikapi hal ini, anggota DPD RI asal Sumut Parlindungan Purba SH MM akan menanyakan langsung ke Kemenkes RI soal realisasi program tersebut.

“Program ini penting karena masih tingginya angka kematian ibu dan bayi, apalagi di daerah pedesaan atau daerah terpencil. Akan saya tanyakan langsung ke Kemenkes kapan realisasi program ini,” sebut Parlindungan Purba, Selasa (8/2). Belum direalisasikannya program ini diakui Kepala Dinas Kesehatan Sumut dr Candra Syafei SpOG. Hingga kini belum ada petunjuk pelaksana teknis. Dengan begitu, program tersebut masih belum bisa dilaksanakan di daerah.

“Belum ada surat edaran petunjuk pelaksananya sampai ke kita tentang bagaimana pelaksanaan di lapangan dan bagaimana soal klaim pembiayaannya,” kata Candra. Candra membenarkan, program tersebut sudah dilontarkan Kemenkes. Tujuannya untuk menekan angka kematian ibu dan bayi. "Jika dijalankan, maka setiap persalinan di layanan rumah sakit kelas III dan klinik persalinan yang menjadi provider gratis," katanya seraya mengatakan Program ini tidak membatasi orang kaya atau tidak, asal mau melakukan persalinan di kelas III akan digratiskan, baik normal maupun partus dengan cara Caesar.

Sementara itu, Kadis Kesehatan Medan, dr Edwin Effendi. “Belum ada kita terima juklak dan juknis soal pelaksanaan program tersebut,” kata Edwin. Seperti diketahui, Kementrian Kesehatan RI membuat program persalinan gratis tahun 2011. Bagi ibu hamil yang akan melahirkan disemua tempat pelayanan kesehatan seperti, puskesmas dan rumah sakit akan digratiskan. (Akb)

Coast Tidak Masuk ke VIP Plus RSPM

Medan – RSU Pirngadi Medan merupakan rumah sakit pendidikan dimana semua pasien yang dirawat di RSU Pirngadi Medan selalu ditangani sama anak koas terkecuali ruangan tertentu seperti ruangan VIP Plus. Sekitar 1500 Mahasiswa kedokteran dari berbagai Universitas tergabung di rumah sakit RSU Pirngadi dimana mereka dikhususkan untuk menangani pasien yang berada diruang kelas III RSU Pirngadi Medan, namun semua anak koas yang berada di RSU Pirngadi Medan tidak memasuki ruangan VIP Plus yang berada dirumah sakit milik Pemerintah Kota (Pemko) Medan.

Wadir SDM dan Pendidikan RSU Pirngadi Medan, dr. Alisyahbana SpTHT mengatakan kalau anak koas hanya menangani pasien yang berada di ruang kelas III dikarenakan diruangan tersebut banyak terdapat pasien dan diruangan tersebut mencakup semua penyakit.

“Ini dikarenakan di ruang III pasiennya banyak dan sudah mencakup semua penyakit dan ruangannya lebih besar.Sedangkan di ruang VIP Plus hanya satu orang.Lagipulakan tidak mungkin koas rame-rame ke ruang Vip itu, ” kata Ali diruang kerjanya memberikan alasan. Selasa (8/2)

Dikatakannya, bisa saja koas masuk ke ruang VIP bila supervisornya mengikut sertakan. “Jadi bukan diskriminasi. Bukan karena miskin atau tidaknya pasien atau bayar atau tidaknya. Ini dalam konteks pembelajaran, ” terangnya seraya menambahkan dokter spesialis yang merupakan supervisor juga masuk ke ruangan kelas III dan ruangan lainnya..

Menurut Ali, saat ini di RSU Pirngadi Medan, ada sekitar 1500 koas dari berbagai faklultas kedokteran seperti USU, UISU, UnBrah dan Universitas Methodist Indonesia. Sekitar 1200 PPDS dan hampir 200 dokter spesialis berada di RSU Pirngadi Medan . “Rasionya dokter dan mahasiswa, satu dokter dengan 5 mahasiswa. PPDS yang belum masuk diantaranya di bagian Paru dan Patologi klinik,” terangnya.

Diakatakannya, tugas supervisor diantaranya menganalisa dan mendiagnosa penyakit pasien, PPDS (Program Pendidikan Dokter Spesialis) membantu dan melaporkan kasus kepada supervisor dan koas mendampingi PPDS dan tidak boleh mengambil tindakan.

“Kalau hanya di Pirngadi saja, seorang koas dari mulai masuk sampai menjadi dokter memerlukan waktu sampai 88 minggu. Inipun kalau lulus semua. Kecuali USU karena ada rumah sakit Adam Malik,’ ucapnya.

Sementara mengenai penyeimbangan RSU Pirngadi sebagai rumah sakit plus pendidikan dalam menyeimbangkan antara pelayanan dan pendidikan itu sendiri. Dokter Ali mengatakan untuk itu antara lain dengan memenuhi peralatan, memperbaiki sarana, prasarana dan infrastruktur. Dimana ada pendidikan yang baik disitu ada pelayanan yang baik. “Kalaupun ada keluhan pasien itu menjadi pemicu dan koreksi buat kita. Kita harus melayani dengan hati dalam konteks pelayanan,” katanya.

Namun pada dasarnya, diruang kelas III dimana pasien miskin banyak terdapat diruangan tersebut, menurut pantauan Tribun, jarang sekali dan bahkan tidak ada dokter spesialis yang visit di ruangan tersebut, kebanyakan anak mahasiswa kedokteran yang sedang belajar berada di ruangan pasien miskin tersebut.

Atas dasar itulah, banyak pasien kelas III terbengkalai. Seperti yang dikatakan salah seorang keluarga pasien kelas III warga Pasar 2 Jalan Rakyat, Fauzan mengatakan dirinya tidak mengetahui siapa dokter yang menangani anaknya yang dirawat di ruang kelas III RSU Pirngadi Medan. “saya tidak mengetahui nama dokter yang menangani anak saya yang sakit demam,” seraya mengatakan anaknya didiagnosa terkena penyakit DBD saat pertama sekali masuk diruang IGD sebelum masuk ke ruang kelas III.

Dikatakan Fauzan, memang anak saya baru masuk Selasa (8/2) sekitar pukul 10.00Wib ke RSU Pirngadi Medan. Namun semenjak masuk ke rumah sakit milik Pemko Medan ini Maya (nama samaran) tidak diperiksa oleh dokter langsung, melainkan diperiksa sama anak koas. “Anak saya hanya diperiksa sama anak koas, ya wajarlah merekakan sedang belajar, jadi ya biarkanlah,” katanya.

Sementara itu, menurut Ketua PAN DPRD Kota Medan, Ahmad Arif yang kebetulan berada di rumah sakit milik Pemko Medan ini mengatakan seharusnya koas saat menangani pasien harus didampingi dokter pendamping. “Kalau tidak ada pendamping anak koas saat menangani pasien diruang kelas III, seharusnya Dirut rumah sakit ini harus menegur mereka,” katanya seraya akan melihat ruagnan yang berada diruang kelas III.

Terpisah, Anggota DPR RI , Ibrahim Sakti Batubara beberapa waktu lalu mengatakan rumah sakit sebagai lembaga pendidikan seharusnya meningkatkan pelayanan, bukan mengurangi pelayanan. Namun yang terjadi dilapangan image yang muncul ditengah-tengah masyarakat, dengan kehadiran anak koas, seakan mereka dapat ditangani oleh mahasiswa, dibandingkan dengan dokter. Sehingga kesannya, pasien dijadikan sebagai kelinci percobaan. “Itu yang kita pertanyakan. Itu terjadi karena memang frekuensi kehadiran dokter diruangan itu sangat kurang sekali atau ada kesan seolah-olah dokter itu terlalu memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada koas. Itu yang saya bilang tidak boleh,” katanya.(akb)

430 Pegawai Honor RSU Pirngadi Medan di Gaji di Bawah UMK

Medan - Sebanyak 430 pegawai RSU Pirngadi Medan memprihatinkan. Pasalnya gaji 430 pegawai besarannya bervariasi, antara Rp600Ribu sampai 900Ribu. Besaran ini, jauh dibawah Upah Minimum Kota (UMK). Sedangkan untuk
100 pegawai lainnya pembayaran gajinya melalui APBD Medan.

“Bagaimana mungkin bisa memberikan pelayanan yang baik bagi pasien, kalau pegawainya saja digaji dengan honor Rp 600 ribu hingga Rp 900 ribu. Dibawah UMK,” kata anggota DPR RI, Ibrahim Sakti Batubara, kemarin saat berkunjung ke RSU Pirngadi Medan. Minggu (6/2)

Dikatakannya, Rumah sakit sebagai lembaga pendidikan, seharusnya meningkatkan pelayanan, bukan mengurangi. Namun yang terjadi dilapangan, image yang muncul di tengah tengah masyarakat, dengan kehadiran anak coas - coas, seakan-akan mereka dapat ditangani oleh mahasiswa,
dibandingkan dengan dokter. Sehingga kesannya, mereka ini seakan-akan dijadikan sebagai kelinci percobaan.

“Nah itu yang tadi kita pertanyakan. Itu terjadi karena
memang frekuensi kehadiran dokter di ruangan itu sangat kurang sekali atau ada kesan seolah-olah dokter itu terlalu memberikan kepercayaan
sepenuhnya kepada coas. Itu yang saya bilang tidak boleh,” katanya.

Sebelumnya, Wadir Pelayanan RSUPM, Dr Amran mengatakan RSUPM yang pengelolaannya
dengan sistem swakelola, dimana sebanyak 430 tenaga honorernya dengan Rp 600ribu hingga Rp 900 ribu. Sehingga setiap tahun biaya untuk pembayaran honor mencapai Rp 5 miliar. Sedangkan yang ditampung dalam APBD, hanya 100 orang pegawai yang berstatus PNS.

Ditanya menyangkut keberadaan coas, Amran menyebutkan sebagai rumah sakit pendidikan yang memiliki 200 tenaga pengajar dosen luar, biasa
mengakui jika pasien yang menjalani perawatan diluar VIP penanganannya ditangani oleh coas. “Pasien VIP Plus, tidak termasuk yang ditangani anak coas,” katanya.

Terpisah, Politisi PAN, H.T. Bahrumsyah, mengakui memahami jika tingkat pelayanan di rumah sakit milik Pemko Medan ini masih lemah. Ini
dikarenakan, 430 tenaga honorer yang ada di rumah sakit, honornya
hanya Rp 400 ribu sampai Rp 900 ribu. “Itu tidak mungkin, bagaimana kita bisa mendapatkan pelayanan yang bagus. Sementara honor para perawatnya dibawah UMR. Tidak mungkin,” katanya.

Masih dikatakannya, dalam konteks ini rumah sakit sebagai rumah sakit pemerintah dan masyarakat yang menjalani pelayanan tidak hanya dari
Medan, melainkan dari 33 kabupaten kota yang ada di Sumut. Seharusnya, pemerintah provinsi tidak menjadikan hal tersebut sebagai bebannya
Pemko.

Pemerintah harus betul-betul mengalokasikan anggaran. Tenaga perawat dibiayai rumah sakit.

“Karena itu, pemerintah provinsi harus betul-betul membantu biaya
operasional rumah sakit ini. Ini disebutkan rumah sakit ini sebagai rumah sakit rujukan, pasiennya 60 persen dari luar kota Medan,” terangnya seraya menambahkan ini tidak bisa dibiarkan. (Akb)

Bayi Kembar Dempet Dada dan Perut, Meninggal

Medan - Cinta berliana dan kasih berliana, bayi kembar siam dempet dada dan perut akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya Senin (7/2) sekitar pukul 08.40 Wib setelah mendapat perawatan beberapa minggu di RSUP H Adam Malik Medan. Cinta berliana dan kasih berliana merupakan anak dari pasangan suami istri, Daniel Hutahuruk dan Elfrida Naibaho yang lahir pada 31 Januari 2011 dimana pertama sekali bayi dempet dada dan perut ini lahir di RSU Imelda sekitar pukul 10.00 Wib.

Cinta Berliana dan Kasih Berliana terpaksa dilarikan ke RSUP H Adam Malik Medan untuk mendapat perawatan yang lebih intensif dikarenakan bayi ke enam dan ketujuh ini selain lahir didunia secara preamtur, bayi dari pasangan Daniel dan Elfrida ini mendapat kelainan,yaitu dempet dada dan perut.Setelah mendapat perawatan di RSUP H Adam Malik Medan, bayi kembar siam dempet dada dan perut ini belum pernah dilihat oleh ibu kandungnya sendiri dikarenakan takut dengan melihat kondisi bayinya, Elfrida bisa menjadi lebih syok dan semakin bertambah penyakit Elfrida.

Karena pada saat itu juga, Elfrida sedang dalam perawatan di RSU Imelda karena dirinya baru selesai melahirkan.Berbagai cara dan upaya sudah dilakukan baik itu dari pihak dokter, maupun dari pihak keluarga yang ingin sekali menyelamatkan bayi yang mengalami gangguan kesehatan itu. Upaya yang dilakukan Daniel, orang tua dari Cinta Berliana dan Kasih Berliana begitu terlihat, karena warga Jalan Kelvetia Pasar V ini tidak memiliki kartu Medan Sehat dan tidak ikut dalam kepesertaan Jamkesda. sibuk mencari bagaimana dirinya bisa merawat istri dan anaknya yang sama-sama dalam posisi sedang sakit dilain rumah sakit.

Beberapa waktu lalu, Daniel sempat mendapat kendala .saat hendak mengeluarkan istri tercintanya di RSU Imelda karena tidak memiliki uang sebanyak Rp3,8Juta, dimana uang tersebut harus dibayar, baru Istrinya diperbolehkan.Menurut pengakuan Elfida saat dijumpai di ruang Instalasi Jenazah RSUP H Adam Malike Medan, dirinya belum pernah melihat anaknya dikarenakan penyakit yang dia derita belum bisa banyak begerak selain itu dokter melarang dirinya untuk melihat anaknya, karena kita takutkan kondisi Elfrida bisa tiba-tiba turun kalau melihat anaknya.Daniel mendapat telpon dari pihak RSUP H Adam Malik Medam, Senin (7/2) dan mengabarkan kalau anak tercintanya sudah tiada.

Mendengaar kabar seperti itu, Daniel langsung berlari menuju ke RSUP H Adam Malik untuk melihat anak kembarnya sembari dengan memberi tahu istrinya kalau kondisi anak mereka sekarat.Elfrida Enggan Membawa Anaknya ke Rumah Mereka.Perginya bayi kembar siam dempet dada dan perut membuat Elfrida ibu dari Cinta Berliana dan Kasih Berliana enggan membawa jasad bayi kembarnya ke kediaman mereka di Jalan Helvetia Pasar V. Dirinya enggan membawa jasad anaknya dikarenakan takut terbawa-bawa dan tidak bisa melupakan sang buah hatinya. Tidak henti-hentinya dirinya menangis saat terjadi pembicaraan mengenai buah hatinya itu yang telah beranjak seminggu hidup didunia fana ini.

“Saya tidak mau kalau anak saya dibawa ke rumah, pokoknya saya tidak mau. Saya mau buah hati saya langsung dari rumah sakit dibawa keperkuburan jangan singgah lagi ke rumah,” kata Elfrida sambil menghapus air mata yang membasahi pipinya dan akibat kesedihan yang mendalam, mata Elfrida menjadi merah karena kesedihan sembari menahan rasa sakit bekas operasi caersar.Hampir satu jam Elfrida berada di RSUP H Adam Malik, tapi dirinya tetap tidak bisa menahan kesedihan yang membalut kehidupannya karena istri dari Daniel Hutahuruk ini sudah enam kali mengandung, tetapi hanya dua anak hasil dari pernikahan mereka semenjak tahun 2004 yang harus mereka didik dan besarkan sehingga mereka bisa menjadi orang berguna untuk kedepannya. Dari kelahiran mereka yang pertama, tiga, lima dan enam semuanya tidak bisa mereka lihat tumbuh kembang karena sudah meninggal dunia.

Jadi yang ada hanya dua anak saja yaitu anak kedua dan keempat, Julpian Frizi (7) dan Juniardo (3)Daniel yang terduduk lemas dan berusaha menegarkan istrinya hanya bisa pasrah dan berpikir positif sekaligus mengambil hikmah dari apa yang dia alami. “saya pasrah dan saya serahkan semua kepada tuhan, mungkin itu yang terbaik dimata Tuhan. Kami sayang sama dia, tapi Tuhan lebih sayang sama Cinta Berliana dan Kasih Berliana,” kata Daniel sedih sembari turut menegarkan istrinya.Dirut RSUP H Adam Malik Medan, Dr. Azwan Hakmi Lubis mengatakan bayi kembar siam dempet dada dan perut ini meninggal Senin (7/2) sekitar pukul 08.40 Wib. Kematian bayi kembar ini dikarenakan ketidakmatangan organ tubuh bayi kembar tersebut karena bayi kembar dempet dada dan perut lahir secara premature.

“Itu yang mengakibatkan paru-paru dan jantung bayi tersebut tidak bekerja secara sempurna,” katanya seraya mengatakan selain bayi tersebut lahir dengan premature juga mengalami gangguan pernapasan.Dikatakannya, pihak RSUP H Adam Malik Medan sudah memberikan pelayanan optimal kepada pasien. Ini bisa terlihat dari tindakan RSUP H Adam Malik yang terus memantau perkembangan bayi tersebut sampai menghembuskan nafas terakhirnya. “Kematian ini juga disebabkan sebenarnya bayi kembar ini belum siap untuk dilahirkan, dalam arti semua organ-organ tubuhnya belum terbentuk sempurna,” bebernya.

Azwan menambahkan pihaknya tidak bisa memisahkan tubuh bayi kembar siam dempet dada dan perut dikarenakan usia mereka yang belum mencapai setahun. “Kita belum bisa memisahkan tubuh mereka, karena yang kita takutkan nanti bisa timbul masalah yang lain,” ujarnya.

Sementara itu, menurut informasi yang diterima, bayi kembar siam dempet dada dan perut ini akan dikebumikan di TPU Kristen Jalan Veteran Pasar V Kecamatan Labuhan Deli. Setelah mendapat arahan dari seluruh keluarganya, Elfrida akhirnya luluh juga dan membiarkan pujaan hati mereka datang kerumah mereka di Jalan Helvetia Pasar V dan hari ini Senin (7/2) sekitar pukul 16.30 Wib dikebumikan. (akb)

Harga Tiket Pesawat Masih Stabil di Tahun Baru Imlek


Medan - Perayaan Tahun Baru Imlek 2562 ternyata tidak menggoyahkan pasaran harga tiket pesawat dari masing-masing maskapai, baik itu maskapai Lion Air, Batavia Air, Sriwijaya Air dan Garuda Airline. Hal ini dikatakan Agen Travel, Pillion Hutabarat. Kamis (3/1)

Dikatakannya sejauh ini dalam perayaan tahun baru Imlek 2562 tidak terjadi kenaikan untuk tiket pesawat. Pasalnya perayaan Imlek tidak seperti Tahun Baru. "Harga tiket masih murah sampai Sabtu (5/1). Tapi kalau hari minggu kemungkinan tiket pesawat akan naik," katanya.

Ditanya mengenai alasan apa yang menyebabkan naiknya harga tiket Minggu (5/1), Pilion menjelaskan kenaikan itu dikarenakan banyak masyarakat Tionghoa setelah merayakan Imlek mengadakan arus balik. "Kenaikkan itu dikarenakan meludaknya masyarakat Tionghoa kembali ke Jakarta," terangnya seraya mengatakan dua hari sebelum hari Minggu (5/1) harga tiket masih stabil.

Pilion memaparkan, dari masing-masing maskapai tujuan Medan-Jakarta, baik itu maskapai Lion Air, Batavia Air, Sriwijaya Air itu untuk sekali terbang sekitar Rp500Ribu, namun untuk maskapai Garuda Airline sekali terbang Medan-Jakarta berkisar Rp1.080.000.

Ditanya mengenai apakah sudah ada tiket habis untuk tanggal tertentu, Pillion. Mengatakan untuk tanggal tertentu belum ada tiket yang habis dari semua maskapai. "Belum ada tiket yang habis, karena pergantian malam tahun baru Imlek sangat jauh berbeda dengan malam tahun baru Masehi," katanya.

Masih dikatakan Pillion, kenaikan tiket diperkirakan naik sekitar 100 persen dan itu dimulai pada Minggu (5/1) karen disitu terjadi pelonjakan penumpang. Dijelaskannya kenaikan itu membuat harga tiket pesawat mencapai hampir Rp1Juta untuk Lion Air, Batavia Air, Sriwijaya Air, sedangkan Garuda Airline hampir mendekati Rp2Juta.

Biasanya, masih dikatakan Pillion pada tahun baru Imlek, jarang terjadi kenaikan harga tiket, dan biasanya tiket naik itu pada CengBeng atau istilanya ziarah. "Disitu baru harga tiket pesawat lebih mahal,"katanya lagi.

Medan-Jakarta sekitar Rp500Ribu untuk maskapai Lion Air.
Batavia Air untuk Medan-Jakarta mencapai Rp500Ribu.
Sriwijaya Air untuk penerbangan Medan-Jakarta mencapai Rp500Ribu, sedangkan untuk Maskapai Garuda untuk penerbangan Medan-Jakarta Rp1.080.000.
Sedangkan untuk penerbangan Medan-Penang untuk maskapai Lion Air dan Sriwijaya Air masih berkisar Rp500Ribu.

"Ini data selama 2 hari sebelum hari Minggu," paparnya. (Akb)

Perayaan Malam Imlek


Medan - Dalam perayaan malam Imlek, seluruh masyarakat Tionghoa di Kota Medan melaksanakan Ibadah, dimana dalam perayaan Imlek kali ini, hampir rata-rata masyarakat Tionghoa meminta perlindungan atas bencana yang terjadi di Indonesia dan mengharapkan kehidupan yang lebih baik lagi dari sebelumnya.

Seperti terlihat di Vihara Setia Budi, dari vihara yang ada di Kota Medan, Vihara Setia Budi ini lebih banyak dikunjungi masyarakat Tionghoa di Kota Medan. Hal ini dikatakan Yanto warga Jalan Sumatera mengatakan memilih Vihara Setia Budi karena vihara ini sudah menjadi tempat ibadah mulai dari orang tuanya. "Saya memilih bersembahyang di vihara ini karena sewaktu saya kecil, saya sudah bersembahyang di vihara ini bersama orangtua saya," katanya.

Ditanya mengenai harapan untuk tahun baru, orang yang menyandang nama Tionghoa Huang Fu Qin ini supaya diberi kesehatan, Supaya karya bisa lancar ditahun mendatang.
"Bisa lebih baiklah dalam arti, tidak ada diskriminasi," katanya seraya mengatakan agar Pemerintah bisa meminimalisir kemiskinan yang ada di Kota Medan supaya tidak terjadi kesenjangan sosial.

Sementara itu menurut Mina dalam perayaan malam Imlek ini kedepannya bisa lebih bagus dan tidak ada bencana yang menimpa Indonesia khususnya Kota Medan.
"Saya mengharapkan supaya Kota Medan bisa lebih baik lagi dan dijauhkan dari bencana alam," katanya.

Ditanya mengenai apa saja harapan dan permintaan ditahun depan, wanita Tionghoa berusia 32 ini menjelaskan bagi dirinya dalam sembahyang seperti ini sangat tidak boleh meminta harta atau materi. "Bagi saya, kalau sembahyang tidak boleh meminta materi, kalau sembahyang itu, mintalah kebaikan dan umur yang berkah bagi kita," terangnya sembari mengatakan kalau materi itu sudah diatur tinggal bagaimana kita mengambil materi yang sudah ditetapkan untuk kita.

Masih dikatakan Mina, biasanya sebelum melakukan sembahyang, dirinya dan keluarga merayakan malam Imlek dengan membuat acara makan-makan dan setelah itu baru ke vihara. "Setiap tahun dalam perayaan Imlek, keluarga saya selalu membuat acara makan-makan, baik itu dirumah, maupun di restoran dan setelah itu baru pergi ke vihara," terangnya.

Menurut informasi yang dihimpun Tribun, dalam perayaan malam Imlek, biasanya masyarakat Tionghoa mulai melakukan sembahyang mendekati malam pergantian tahun. Namun ada juga, sebahagian masyarakat Tionghoa melakukan ibadah sebelum malam pergantian tahun dalam arti pada malam perayaan Imlek.(Akb)

Kedua Bayi Tersebut Masih Buruk dan Sudah Mempunyai Nama


Medan - Kabag Humas RSUP H Adam Malik Medan, Sairi mengatakan kondisi bayi kembar masih sama seperti kemarin sewaktu pertama kali masuk ke RSUP H Adam Malik. Namun, Tim dokter RSUP H Adam Malik Medan yang sudah dibentuk sudah mengeluarkan SK (Surat Keputusan) untuk melakukan tindakan pemisahan bayi kembar siam gempet dada dan perut.
"Tapi saat ini, kita masih tetap melakukan diagnosa sekaligus memonitoring kondisi bayi kembar tersebut," katanya. Kamis (3/1)

Ditanya mengenai kapan dilakukan pemisahan kepada bayi kembar siam dempet dada dan perut, Sairi menerangkan, pihaknya belum bisa menentukan kapan dilakukan pemisahan bayi kembar yang belum mempunyai nama itu. "Dalam pemisahan tersebut, kita harus menstabilkan kondisi bayi kembar siam dempet dada dan perut itu, karena kalau kita melakukan pemisahan sebelum kondisinya stabil, akan menimbulkan masalah yang lain," terangnya saat dihubungi melalui selularnya sembari memaparkan kondisi bayi kembar masih buruk.

Dikatakannya, sebelum melakukan pemisahan, pihaknya masih melakukan penstabilan bagi bayi agar tidak terjadi masalah berikutnya.

Menurut Direktur Medis dan Keperawatan RSUP H Adam Malik Medan, dr Lukmanul Hakim mengatakan kondisi bayi kembar tersebut masih buruk dan direncanakan pihaknya akan melakukan poto ulang. "Kita akan melakukan poto ulang untuk melihat seperti apa yang dempet itu. Itu bertujuan agar kita mengetahui kendala apa yang diakibatkan apabila dipisahkan bayi kembar tersebut," katanya sembari mengatakan dokter mengupayakan bagaimana menjaga kesehatan.

Ditanya mengenai sejauh ini apakah keluarga dikenakan biaya untuk pembelian obat, Lukmanul menjelaskan pihaknya tidak pernah menyuruh pasien untuk membeli obat.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan, Edwin Effendy mengatakan Elfrida ibu dari bayi kembar siam dempet dada dan perut sudah bisa pulang besok Jumat (4/1). "Saya bisa mengatakan begitu karena saya sudah berkoordinasi dengan pihak rumah sakit Imelda kalau Elfrida itu sudah menjadi tanggung jawab Dinkes Medan," katanya sembari mengatakan Daniel suami Elfrida sedang dalam pengurusan untuk mendapat Jaminan Kesehatan melalui Jamkesmas.

Ditanya mengenai Daniel sudah terdaftar mempunyai kartu Medan Sehat, Edwin menjelaskan, memang benar, Daniel terdaftar sebagai peserta Medan Sehat, namun sambungnya, terdaftarnya Daniel sebagai kepesertaan Medan Sehat itu karena dari orangtuanya. "Karena itulah, kita menegaskan kepada tingkat kecamatan dan kelurahan Helvetia agar sesegera mungkin menyelesaikan Kartu Keluarga dan KTP Daniel," terangnya seraya memaparkan kita upayakan Daniel sebagai peserta Jamkesmas biar pihaknya bisa berobat gratis secara nasional.

Dijelaskannya, Dinkes Kota Medan sebagai pendamping karena pihaknya sudah berkordinasi dengan pihak RSU Imelda. "Besok, orangtua dari bayi kembar tersebut sudah bisa pulang," katanya lagi.

Terkait masalah ini, Camat Helvetia, Reza Hanafi mengatakan pihaknya sudah berkordinasi dengan Dinkes Medan dan akan upayakan besok Kartu Keluarga (KK) dan KTP. "Sesuai dengan kordinasi dengan Dinkes Medan, kita akan upayakan KK dan KTP akan keluar besok," katanya. Pihaknya sudah melihat bayi kembar ke RSUP H Adam Malik dan akan mengupayakan ibu bayi kembar ini akan diupayakan menjadi warga Medan.

Terpisah, orangtua bayi kembar, Daniel mengatakan sudah mempunyai nama untuk kedua anak kembarnya. "Dua hari yang lalu, saya sudah mencari nama untuk kedua buah hati kami," katanya sembari mengatakan kedua nama anak mereka tersebut masing-masing Berliana Safani dan Berliani Safana.

Ditanya mengenai arti dari nama tersebut, Daniel menjelaskan arti dari nama anak kembarnya tersebut memberi cahaya baru. "Jadi dengan nama itu, saya sangat mengharapkan kedepannya kehidupan kami berubah dari sebelumnya, karena arti nama tersebut seperti cahaya baru yang menyinari kehidupan," katanya seraya mengatakan dirinya akan meminta tanggapan istrinya terhadap kedua nama anaknya tersebut. (Akb)

Dana Talangan Menipis, DPRD Sumut Akan Silpa 2010


Medan - Menipisnya alokasi anggaran yang diperuntukkan bagi program kesehatan, dana talangan 2011 sebesar Rp 1,5 miliar. Hal ini dikarenakan dana talangan untuk Tahun 2011, anggaran yang dialokasikan untuk program tahun 2011 sebesar Rp7 milyar, ternyata hampir habis untuk menutupi kekurangan klaim di Tahun 2010 sebesar Rp 5.558.097.191.

Terkait masalah ini, DPRD Sumut
berencana akan mengalihkan sebagian sisa lebih penggunaan anggaran (Silpa) Tahun 2010 yang diperkirakan mencapai Rp400Miliar.

"Kita akan liat dulu persoalannya. Namun, kita mendengar Tahun 2010 banyak Silpa. Dana tersebut memungkinkan untuk dipergunakan. Tapi ini
dipertimbangkan dulu," kata Wakil Ketua DPRD Sumut, M Affan. Selasa (1/2).

Dikatakannya, penyebab menipisnya anggaran tersebut, akan menjadi perhatian DPRD Sumut. Karena dengan minimnya anggaran kesehatan pendamping pelayanan kesehatan gratis Jamkesmas dan Jamkesda seperti
JPKMS, tersebut menyangkut pelayanan kesehatan. Selain itu, pihaknya melalui komisi E DPRD Sumut, akan mempertanyakan penggunaan anggaran tersebut.

"Kenapa di awal Februari hanya tersisa Rp 1,5 miliar dari total Rp 7
miliar yang dialokasikan dalam APBD. Biasanya, pembagiannya
menggunakan sistem proporsional. Namun ini kenapa di Februari, sudah
hampir habis," tanya Affan sembari menyatakan, salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah dengan cara penambahan anggaran pada perubahan APBD 2011 mendatang.

Terpisah, pengamat kesehatan, dr Delyuzar menilai, salah satu
upaya agar menekan besarnya pengguna dana talangan ini dengan melakukan validasi data seakurat mungkin. ”Datanya harus valid, jika tidak itulah nantinya yang menyebabkan dana talangan ini dibutuhkan,”katanya seraya menambahkan fakta dilapangan saat ini masih
banyak masyarakat miskin yang belum tertalangi.

Dikatakan Delyuzar, jika semua masyarakat miskin masuk dalam layanan Jamkesmas atau Jamkesda, maka anggaran masih bisa diminimalisir atau ditekan.

”Jadi yang harus diperhatikan validasi data. Jika tidak valid, maka itu yang menyebabkan dana talangan. membengkak,”kata Delyuzar.

Ditegaskannya, keberadaan
dana talangan ini hanya untuk mengakomodir warga miskin yang belum tercover. Hal ini, yang harusnya menjadi perhatian dan pertimbangan.

Sementara itu, menurut Kabid Advokasi Pasien Miskin Dewan Kesehatan Rakyat (DKR), Rizaldi Manaf mengatakan kalau anggaran sebesar Rp1,5Miliar
dipastikan tidak cukup. ”Dana sebesar itu tidak mungkin cukup, apalagi jumlahnya
itu sangat minim,”katanya seraya mendesak agar pemerintah membuat program layanan kesehatan gratis yang setara dengan Jamkesmas.

Secara terpisah Kepala Dinas Kesehatan Sumut, dr Chandra Syafei mengatakan pihaknya masih menunggu sikap dari Gubsu, langkah seperti apa
nantinya yang akan diambil. ”Kalaupun nantinya pelayanan dilanjutkan, harus ada komitmen anggaran untuk itu. Saat ini Dinkes Sumut selaku pemodal
program benar-benar menyeleksi pasien yang akan dilayani,” tukasnya.

Sebelumnya, Kepala Seksi Program Dana Talangan Dinkes Sumut, Sugianto mengatakan alokasi anggaran untuk dana talangan di Tahun 2010 sebesar Rp10 milyar. Anggaran selama setahun ini sudah termasuk yang dialokasikan dalam APBD 2010 Rp7 milyar dan ditambah Rp3 milyar lagi di PAPBD 2010.

Ternyata, sebut Sugianto, klaim lima rumah sakit provider yaitu RSUP H Adam Malik Medan, RSUD dr Pirngadi Medan, RSU Haji Medan, RS Imelda Pekerja Indonesia dan RS Sufina Azis, mencapai Rp15,5 milyar. Maka kekurangan anggaran di 2010 sebesar Rp5,5 milyar lagi kepada RS Adam Malik harus ditutupi dari anggaran 2011. Sementara, alokasi anggaran 2011 hanya Rp7milyar. Maka dana yang tinggal untuk dana talangan tahun 2011 tinggal Rp1,5 milyar.

“Klaim Rp15,5 milyar itu belum lagi termasuk sisa pelayanan di akhir Desember 2010 lalu,” katanya. (Akb)

Terbelit Dana, Heprida Menunggu Belas Kasihan


Medan - Elfrida warga Jalan Veteran pasar V orang tua kembar siam dada dan perut hanya bisa menunggu keajaiban agar dirinya bisa keluar dari RSU Imelda. Dirinya memang sudah sembuh dan mempunyai keinginan yang tinggi untuk melihat anak yang dilahirkannya namun pihak dokter masih melarangnya karena ditakutkan kondisi Elfrida bisa semakin parah saat melihat kondisi anak yang dilahirkannya. "Saya ingin sekali melihat anak saya, walau bagaimanapun kondisinya, saya ingin melihat, tapi pihak dokter RSU Imelda melarang saya karena mereka takut kondisi saya bisa drop saat melihat kondisi bayi saya yang sekarang dirawat di RSUP H Adam Malik," katanya.

Dikatakannya kalau dirinya tidak mempunyai persiapan, karena bayinya lahir prematur atau lahir belum waktunya. "Ya kami tidak ada persiapan karena kami pikir, anak kami lahir sekitar bulan 3 yaitu tepat sembilan bulan. Namun itulah, tuhan berkehendak lain dan itulah yang harus kami terima,". Terangnya.

Dia mengatakan pihak rumah sakit sudah memperbolehkan pulang, tapi harus menyelesaikan administrasi selama mendapat perawatan di RSU Imelda. "Saya sudah dianjurkan besok Kamis (3/1) untuk pulang, namun itulah saya harus membayar uang administrasi sekitar Rp3,8Juta sebelum meninggalkan rumah sakit," katanya sembari mengatakan dirinya sudah dipaksa pulang oleh pihak rumah sakit agar segera meninggalkan ruma sakit.

Jadi, sambungnya, saya harus bersabar dan berharap bantuan dari para dermawan untuk membantu dirinya agar bisa keluar dari RSU Imelda.

Terkait masalah ini, Humas RSU Imelda, Walman Ritonga mengatakan kalau Elfrida masuk sebagai pasien umum. "Elfrida masuk pertama kali mengaku sebagai pasien umum, makanya kita buat Elfrida tercatat sebagai pasien umum," katanya.

Diceritakannya, pertama sekali,
Elfrida masuk dan mendaftar menjadi pasien umum. Maka dari itu, sambungnya, pihak rumah sakit mencatat Elfrida terdaftar sebagai pasien umum. "Nah atas dasar itulah, maka kita melakukan perawatan seperti mana biasanya yang dilakukan pihak rumah sakit kepada pasien," bebernya.

Masih dikatakan Walman, awalnya pihaknya mendapat surat rujukan dari Puskesmas untuk melakukan perawatan kepada Elfrida. "Atas dasar surat rujukan itulah kita bisa menangani Elfrida," terangnya sembari mengatakan setelah itu pihaknya langsung melakukan operasi caesar. Setelah operasi selesai dan pihaknya melihat kondisi anak Elfrida tidak normal, pihaknya langsung merujuk bayi Elfrida ke RSUP H Adam Malik untuk mendapatkan perawatan yang lebih intensif. Sembari itu RSU Imelda tetap merawat Elfrida seperti khalayak pasien seperti biasanya.

Ditanya mengenai bagaimana selanjutnya terhadap Elfrida, Walman menjelaskan pihaknya pertama sekali tidak mengetahui kalau Elfrida merupakan pasien miskin. "Saya tidak mengetahui kalau Elfrida merupakan orang yang tidak mampu, karena pertama sekali datang ke RSU Imelda, Elfrida terdaftar sebagai pasien umum," bebernya sembari memaparkan kalau sudah begini adanya kenapa pihak keluarga tidak mau atau enggan memberi tahu kepada pihak rumah sakit kalau pihak keluarga tidak sanggup dalam pembiayaan administrasi.

"Kalau pihak keluarga sudah memberitahu kepada pihak rumah sakit, pasti akan dibantu semaksimal mungkin," ujarnya sembari mengatakan sampai sekarang pihak keluarga belum ada membayar sepeserpun kepada rumah sakit dan kalau memang keluarga Elfrida bisa menunjukkan surat Jamkesda, pihak rumah sakit akan mengalihkan dan mencatat Elfrida sebagai pasien Jamkesda.

Terpisah, Adik Ipar Daniel, Yudi Naibaho mengatakan pihaknya sudah membuat surat miskin dari Kelurahan dan meminta surat dari Kecamatan. "Orang Camat bilang kasih tunjuk KK yang asli, surat dari Camat dan KTP tunjukkan ke rumah sakit.

Sementara itu, masih dikatakan Yudi, tetangga sudah ada yang tahu semua tentang bayi Efrida yang anaknya lahir kembar siam dempet dada dan perut.
"Atas dasar itulah warga sekitar turut prihatin," katanya sembari memaparkan beberapa hari lalu dokter pernah mengatakan Elfrida dimasukkan sebagai pasien umum namun setelah ada kartu Jamkesmas, Elfrida bisa terdaftar sebagai pasien Jamkesmas.

Terpisah, Kabag Humas RSUP H Adam Malik Medan, Sairi mengatakan kondisi anak pasangan Daniel dan Elfrida masih sama seperti pertama sekali dirujuk ke RSUP H Adam Malik Medan.

Sebelumnya, pihaknya sudah membentuk Tim dokter yang diketuai Prof. Dr. Munar Lubis SpA(K) untuk menangani bayi kembar siam yang belum memiliki nama ini. "Kondisi bayi tersebut jelek dan masih sama seperti kemarin," katanya sembari mengatakan bayi tersebut kaki dan tubuhnya membiru karena ada gangguan pada jantung dan pernapasan. Untuk penanganan pertama, sambung Sairi pihaknya sudah memberikan fentilator, infus dan terapi.

Dikatakannya, Tim yang akan menangani bayi ini terdiri dari dokter anak, dokter anastesi, mikrobiologi, radiologi, dokter objin, dokter bedah plastik, dokter kulit, dokter jantung dll yang berhubungan untuk penanganan bayi kembar siam. Ditanya mengenai pembiayaan bayi tersebut menggunakan dana darimana, Sairi mengatakan pihaknya belum tahu dan yang pasti bayi kembar siam calon pasien Jamkesmas.(Akb)

RSUPHAM Rapat 2 Jam Untuk Membentuk Tim Penanganan Bayi Kembar


Medan - Untuk menangani perawatan lanjutan untul bayi kembar siam dempet dada dan perut anak dari pasangan suami istri, Daniel Hutauruk (32) dan Helprida Naibaho (29) warga jalan Veteran pasar IV, Helvetia, lahir di RSU Imelda dengan cara operasi caesar sekitar pukul 11.30 Wib, Minggu (30/1). RSUP H Adam Malik Medan mengadakan rapat diruang rapat II lantai II Selasa (1/2) sekitar dua jam untuk membentuk Tim dokter khusus menangani masalah bayi kembar Siam dempet dada dan perut. Hal ini dikatakan Humas RSUP H Adam Malik Medan, Sairi. Selasa (1/2)

Dikatakannya pihaknya sudah membentuk Tim dokter yang diketuai Prof. Dr. Munar Lubis SpA(K) untuk menangani bayi kembar siam yang belum memiliki nama ini. "Kondisi bayi tersebut jelek dan masih sama seperti kemarin," katanya sembari mengatakan bayi tersebut kaki dan tubuhnya membiru karena ada gangguan pada jantung dan pernapasan. Untuk penanganan pertama, sambung Sairi pihaknya sudah memberikan fentilator, infus dan terapi.

Dikatakannya, Tim yang akan menangani bayi ini terdiri dari dokter anak, dokter anastesi, mikrobiologi, radiologi, dokter objin, dokter bedah plastik, dokter kulit, dokter jantung dll yang berhubungan untuk penanganan bayi kembar siam. Ditanya mengenai pembiayaan bayi tersebut menggunakan dana darimana, Sairi mengatakan pihaknya belum tahu dan yang pasti bayi kembar siam calon pasien Jamkesmas.

Sebelumnya, bayi kembar siam dempet dada dan perut atau dalam bahasa kedokterannya Torachopagus Konjuint Twin lahir Minggu (30/12) sekitar pukul 11.00 wib dirumah sakit Imelda dan satu hari berada di RSU Imelda, bayi Torachopagus Konjuint Twin dirujuk ke RSUP H Adam Malik Medan Senin (31/12) sekitar pukul 10.00 Wib.

Kelahiran bayi Torachopagus Konjuint Twin tersebut menambah daftar bayi kembar siam dempet dada dan perut yang ditangai di RSUP H Adam Malik. Di tahun 2010 terakhir kali yang ditangani anak dari pasutri Muslim dan Siti Hajar (Nabila dan Naila) warga Kampung Bandar Siloh, Kecamatan Bandar Masilam, Kabupaten Simalungun, namun keduanya meninggal sebelum dilakukan tindakan pemisahan.

Masih dikatakan Sairi, Heprida Naibaho melahirkan secara operasi caesar di RSU Imelda dengan usia kandungan 7 bulan (belum cukup umur) dan kelahiran tersebut merupakan kehamilan yang keenam kalinya.

Masih Sairi, bayi tersebut lahir dengan berat badan keduanya 2,6 kg, sedangkan panjangnya belum diketahui. Kondisi bayi setelah dirujuk ke RSUP H Adam Malik masih buruk dengan beberapa kelainan. "Bayi yang satu, ada gangguan dengan katub jantungnya dan bayi yang satu lagi ruang jantungnya tidak terbentuk sempurna, Kondisinya jelek, yang satu ada gangguan pada katub jantungnya dan yang satu ruang jantungnya tidak terbentuk sempurna. Biasanya jantung itukan ada empat ruang, diatas ada dua, dibawah ada dua disebelah kanan dan kiri. Tapi ini tidak tampak" katanya.

Meski pihaknya sudah memasangkan ventilator pada bayi torachopagus konjuint twin itu, sambung Sairi, namun pemberian oksigennya tidak bisa sempurna karena paru-parunya tidak mengembang. “Kita sudah pasangan ventilatior tapi tidak ada reaksi. Jadi pemberian oksigennya tidak bisa sempurna karena paru-parunya tidak mengembang. Soal apakah bisa diselamatkan, kita tidak bisa memprediksinya.

Sementara itu, menurut Ayah bayi Torachopagus Konjuint Twin, Daniel Hutauruk (32) saat ditanyai mengenai apakah ada firasat buruk saat sang bayi masih dalam kandungan, Daniel mengatakan tidak ada firasat buruk kalau anaknya bakal lahir kembar siam.

Karena, dirinya tidak pernah memeriksakan kandungan isterinya dari USG. Ia hanya memeriksakan kandungan isterinya beberapa kali kepada bidan diklinik kecil depan RSU Imelda. “Memang tidak pernah di USG, hanya periksa kandungan saja ke bidan. Bidan tidak pernah curiga kalau anak kami akan lahir kembar, karena saat ditimbang beratnya normal. Waktu saya periksa terakhir kali seminggu yang lalu, bidan hanya bilang posisi anak saya tidak mau berubah, kepalanya masih saja diatas,”cerita Daniel.

Sambung Daniel, tidak ada tanda-tanda buruk selama isterinya hamil hingga kelahiran anaknya. “Nggak ada tanda-tanda buruk, isteri saya juga ngidamnya nggak macam-macam, ya sewajarnya sajalah. Hanya saja, memang isteri saya waktu hamil wajahnya beda, kali ini wajahnya lebih cerah. Tingkah saya hanya sedikit aneh, saya jadi suka menanam bunga didepan rumah, ternyata yang lahir perempuan,” terangnya.

Daniel menjelaskan, anaknya yang lahir kembar merupakan anak ke enam dan tujuh. Anak pertama meninggal setelah sehari lahir, anak kedua dan keempat gugur saat dalam kandungan, anak ketiga dan lima yang masih hidup dan anak ke-enam dan tujuh baru lahir kondisi kembar siam. “Memang ada keturunan kita yang anaknya juga kembar dari adik ibu saya. Soal anak kami yang lahir kembar, isteri saya memang sudah tahu dari perawat yang menangani dia di RS Imelda, tapi dia belum melihatnya," katanya sembari mengaku, pasrah dan mempercayakan anaknya ditangai oleh tim dokter RSUP H Adam Malik.

“Saya percayakan saja kepada dokter untuk menanganinya, soal kematian itukan Tuhan yang menentukan, jadi saya pasrahkan saja pada Tuhan. Tapi, saya berharap kedua anak saya bisa selamat. Soal biaya, saya masih urus Jamkesmas dan mudah-mudahan bisa dikeluarkan segera,” harap Daniel yang hanya memiliki penghasilan Rp30.000-50.000/hari sebagai penarik becak bermotor ini, sembari menjelaskan kalau istrinya masih di RSU Imelda dan belum bisa keluar karena pihak rumah sakit belum bisa mengeluarkan istrinya karena kartu Jamkesda dari Deli Serdang tidak bisa digunakan. "Saya berharap ada orang yang mau membantu saya dalam penanganan biaya untuk kesembuhan bayi kembar saya," katanya lagi. (Akb)

60 persen Ibu lebih memilih memberikan susu formula kepada bayinya ketimbang memberi ASI Eksklusif


Medan - Sekitar 60 persen Ibu lebih memilih memberikan susu formula kepada bayinya ketimbang memberi ASI Eksklusif. Hal ini dikarenakan minimnya pengetahuan para Ibu tentang manfaat ASI Eksklusif dan keyakinan yang tinggi terhadap promosi susu formula. Selasa (1/2)

"Padahal, ASI eksklusif ini mampu memenuhi kebutuhan asupan gizi bagi si bayi tanpa harus memberikan makanan pendamping ASI," kata Staf Bagian Gizi Dinas Kesehatan Sumut, Rosida Brutu SKM MKes.

Dikatakannya, Berdasarkan hasil penelitian pakar di dunia, sampai usia enam bulan, bayi hanya mampu mencerna ASI. Apabila ditambah dengan makanan
pendamping, akan menambah beban bagi pencernaan bayi.

"Di Sumut, sekitar 40 persen Ibu yang memberikan ASI secara eksklusif pada bayinya," katanya seraya menjelaskan tidak jarang para orangtua lebih percaya pada promosi susu formula ketimbang manfaat pemberian ASI.

Sambung Rosida, Dengan memberikan ASI eksklusif secara tepat dan higenis, akan
mempengaruhi daya imunitas bayi. "Namun, rendahnya pengetahuan menjadi salah satu penyebab ibu tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayinya," terangnya.

Sebenarnya, masih dikatakan Rosida, Susu formula sangat rentan dan tidak higenis karena hanya mampu bertahan sekitar dua jam saja, berbeda dengan ASI yang mampu bertahan sampai delapan jam dalam suhu normal.

"Jika ASI diberikan secara tepat, higenis, dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi," bebernya seraya menambahkan semakin
cepat diberikan makanan pendamping, akan mempercepat datangnya penyakit pada bayi.

Masih dikatakan Rosida, ASI akan menjadi senjata ampuh. Saya mengatakan begitu karena rata-rata anak yang menderita gizi buruk atau gizi kurang, akibat jarang diberikan ASI.
"persoalan gizi buruk atau gizi kurang tidak selesai dengan kesehatan, harus diatasi hingga ke bawah,"katanya seraya menegaskan pihaknya
menargetkan jika semua anak yang menderita gizi buruk mendapatkan penanganan.

Namun faktanya, saat ini masih banyak ibu yang belum tahu
tentang bagaimana memberikan ASI yang benar dan tepat bagi bayi.

"Ini jadi tantangan. tapi jika Ibu tahu mengetahui manfaat dari ASI, pasti dia berikan ASI eksklusif kepada bayinya," katanya
seraya menambahkan dalam hal ini kondisi Ibu juga harus dalam keadaan yang baik kalau hendak menyusui.(Akb)

Beri bendera pesan ini Dinkes Medan Perbanyak Jangkauan dan Kualitas Pelayanan


Medan - Dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat Kota Medan, Dinas Kesehatan Kota Medan akan terus memperbanyak jangkauan ke masyarakat sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan.

"Kita akan meningkatkan jangkauan pelayanan dengan melibatkan mitra kerja seperti dokter gigi, dokter spesialis, institusi kesehatan termasuk diluar pemerintahan," kata Kadis Kesehatan Kota Medan, dr Edwin Effendi MSc, pada acara Bakti Sosial Kesehatan Gigi dan Mulut di Kantor Lurah Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan, Minggu (30/1).

Dengan adanya kerjasama dalam hal pelayanan kesehatan tersebut, Edwin mengatakan, dapat meningkatkan jangkauan dan kualitas pelayanan.
Menyangkut pelayanan gigi kedepan akan ada pemetaan sama seperti kasus DBD dan gizi buruk.

"Jadi kita akan intervensi dengan mengetahui masalahnya," sebutnya sembari menghimbau kepada masyarakat agar memberi perhatian khusus pada gigi dan mulut.

"Jangan setelah sakit baru dianggap gigi bermasalah. Periksakan kesehatan gigi dan mulut secara berkala agar dapat diketahui tindakan apa yang diberikan seperti penambalan pada gigi berlubang," terangnya.

Masih dikatakan Edwin, Sekarang tidak dianjurkan pencabutan gigi. "Jangan sampai gigi itu dicabut," katanya seraya menambahkan misalnya gigi berlubang, penanganannya bisa tanpa dicabut yaiut dengan cara ditambal. "Bisa dilakukan penanganan sakit gigi tanpa adanya penyabutan gigi," bebernya sembari memaparkan semua pelayanan kesehatan gratis dan diberi kemudahan dengan adanya pendataan jaminan kesehatan.

"Semua unit kesehatan siap untuk melayani kesehatan. Kita sudah mengingatkan seluruh jajaran kesehatan, untuk siap melayani kesehatan," ujarnya.

Ditempat yang sama Ketua Persatuan Dokter GIgi Indonesia (PDGI) Cabang Medan, drg Indra Siregar mengatakan dalam acara ini pihaknya menurunkan 120 orang tenaga kesehatan. "Kedepan hal ini diharapkan menjadi pilot proyek. Ini merupakan wujud kepedulian kita pada masyarakat," katanya seraya menambahkan kegiatan ini dalam rangka memperingati HUT PDGI yang ke 61 tahun.

Sementara itu, menurut Suyatmi (45) warga Jalan Panah Hijau Lingkungan V mengatakan kegiatan ini sangat bagus. Karena kegiatan ini sangat membantu masyarakat untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut. "Saya datang ke acara bakti sosial ini karena saya diberitahu oleh kepling di lingkungan saya," katanya sembari mengatakan dirinya hadir diacara bakti sosial ini untuk membersihkan plat-plat yang menempel digiginya, sembari berharap kegiatan positif ini jangan berhenti sampai disini.

Hal yang sama dikatakan Sutri warga Jalan Panah Hijau Lingkungan X mengatakan kalau kegiatan ini sangat disambut hangat oleh masyarakat Jalan Panah Hijau. Karena kegiatan ini positif. "Ia saya berharap kalau kegiatan positif ini jangan berhenti sampai disini aja, kalau bisa berkelanjutan," kata Sutri.

Terpisah, Lurah Kelurahan Labuhan Deli, Abdul Hakim Nasution menyambut baik kegiatan tersebut dan menyampaikan terimakasihnya. "Masyarakat disini umumnya nelayan yang kadang kurang mampu berobat dan merasa terbantu," katanya seraya memaparkan masyarakat di kelurahan Labuhan Deli, masyarakat begitu antusias untuk menyambut acara Bakti Sosial yang diadakan Dinkes Medan bekerja sama dengan PDGKI.(Akb)

Kasus HIV, Lebih Besar dari Apa yang dilaporkan


Medan - Seiring dengan penemuan kasusnya Penyakit HIV/AIDS, bukan tidak mungkin merambah seluruh kabupaten/kota di Sumatera Utara dan bakal meningkat dengan penemuan kasusnya di Kabupaten/Kota.

Jumlah kasus HIV/AIDS sering dikatakan sebagai fenomena gunung es, yang nampak hanya permukaannya saja, tetapi kasus sebenarnya lebih besar dari yang dilaporkan.

Dari estimasi Tahun 2007, HIV/AIDS sebesar 7.059 namun yang baru ditemukan sebanyak 2616. “Bukan tidak mungkin, dari sisa estimasi ini akan lahir bayi-bayi yang terinfeksi HIV. Untuk itu perlunya mengikuti program PMTCT,” kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, dr Candra Syafei SpOG melalui Projek Manejer Global Fund, Andi Ilham Lubis. Sabtu (29/1)

Dia mengatakan hingga Januari tahun 2011 gambaran kasus HIV/AIDS sebanyak 2616, HIV 1081 dan AIDS 1535. Perincian kasus HIV/AIDS, untuk Kota Medan menduduki rangking pertama dengan jumlah 1712 orang, Deli Serdang 205 orang, Karo 117 orang, Tobasa 114 orang. Bahkan kabupaten yang baru dimekarkan seperti Batu Bara kasusnya ditemukan ada 6 orang, Padang Lawas AIDS 2 orang dan Pak-pak Barat 1 orang AIDS.

Ironisnya, kasus ini didominasi usia produktif antara 20-29 tahun sebanyak 1366 orang, juga telah sampai kepada anak usia dibawah 1 tahun dimana HIV ada 3 orang dan AIDS 2 orang. Usia 1-4 tahun 28 orang (HIV 24 dan AIDS 4 orang), usia 5-9 tahun 5 orang yang HIV.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan, dr Edwin Effendi MSc berharap agar hal tersebut menjadi perhatian bersama, agar kasusnya dimasa datang tidak menjadi bom waktu.

“Kota Medan harus memiliki strategi yang tepat dan berkesinambungan dalam hal menahan laju epidemi HIV/AIDS,” katanya.

Dinkes Medan, sambungnya, telah melakukan kegiatan untuk menahan laju epidemi HIV/AIDS antara lain dengan meningkatkan penyuluhan kepada kelompok resiko tinggi dan kepada masyarakat. Selain itu juga meningkatkan pelayanan kesehatan untuk penderita HIV/AIDS.

Sementara mengenai program Prevention Mother To Child Transmision (PMTCT) atau program pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak, Kabid Bina Pelayanan Kesehatan Dinkes Medan, drg Irma Suryani menambahkan saat ini sudah ada 10 tempat pelayanan PMTCT seperti di Kelurahan Petisah, Tuntungan, Polonia, Belawan, Teladan, Bromo, Helvetia, Puskesmas Sering dan Medan Deli.
“Ini akan ditambah terus,” katanya. Masih dikatakan Irma, program PMTCT menyangkut sosialisasi, penyuluhan, konseling dan penjangkauan kasus serta pencegahan bayi agar tidak terinfeksi HIV dari ibunya.

“Ibu hamil yang diprediksi akan kita konseling, kita ambil darahnya agar jelas apakah terinfeksi HIV atau tidak,” bebernya. Namun sambungnya, sejauh ini belum ditemukan adanya ibu hamil yang terinfeksi HIV.

“Tapi kendala yang kita hadapi, tidak semua ibu hamil mau diperiksa darahnya dengan alasan takut. Padahal kalau kita mengetahuinya dengan memeriksa ibu hamil yang punya resiko, si ibu bisa waspada dan dapat dicegah penularanya,” terangnya sembari menambahkan dalam program PMTCT, pihaknya tidak bisa memaksa ibu hamil untuk diperiksa darahnya.(Akb)

RSU Pirngadi Ada Showroom Honda


Medan - RSU Pirngadi Medan menyediakan Showroom Honda persis disamping ATM Bank Sumut. "Pengadaan ini karena banyak pegawai Pirngadi yang miskin dan tidak memiliki mobil, makanya kita mempermudah dengan mengadakan Showroom Honda di lingkungan RSU Pirngadi Medan," kata KTU RSU Pirngadi Medan, Indah Kemala. Selasa (18/1).

Dia mengatakan pengadaan ini hanya untuk membantu pegawai Pirngadi yang tidak mempunyai kendaraan. "Kita hanya membantu makanya ini kita lakukan,"bebernya sembari mengatakan jangan hanya mengkritisi, kalau memang pengadaan Showroom ini mengganggu biar kita tutup sekarang sembari berlalu dan seakan tertutup tentang pengadaan Showroom Honda dari CV. Medan Baru yang terletak di Jalan S.Parman No 250 Medan.

Sementara itu, menurut Marketing dari CV. Medan Baru, Desti mengatakan kalau Showroom tersebut baru empat hari berjalan dan hanya sebulan pengadaannya di rumah sakit milik Pemko Medan.

Hal yang sama dikatakan Ichsan yang juga marketing dari CV. Medan Baru mengatakan showroom ini hanya sebulan dan baru empat hari berjalan di Pirngadi. "Disini kita ada program PNS, Guru dan Pegawai BUMN dimana kita memberikan potongan untuk mereka,"katanya kepada wartawan di RSU Pirngadi Medan.

Terkait masalah ini, Dirut Pirngadi Medan, Dewi F Syahnan SpTHT melalui selularnya mengatakan, kalau dirinya tidak mengetahui pengadaan Showroom dari CV. Medan Baru. "Nanti kita tanya dulu, saya lagi di Pemko ada urusan,"katanya sembari memaparkan tanya ke bagian KTU karena pengadaan dari KTU. (Akb)

2011, Dinkes Medan Membuat Program Khusus


Medan - Dinas Kesehatan Kota Medan membuat program khusus disamping pelaksanaan kegiatan rutin lainnya sepeti program kesehatan Ibu dan Anak, Program Imunisasi, Usia lanjut, dan Program Pemberantasan Penyakit Menular. Hal ini dikatakan Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan, Edwin Effendi. Minggu (6/2)

Dia mengatakan, Sejalan dengan komitmen kesehatan, pernyataan sikap dari jajaran kesehatan untuk siap melakukan program kesehatan dimana kedepannya Dinkes Medan merencanakan program yg perlu penanganan khusus dan terpadu.

Dikatakannya, Ada tiga hal pokok disamping program rutin lainnya, yang perlu penanganan khusus. Misalnya, pemutahiran kepesertaan JPKMS, dimana Dinkes Medan mengumpulkan data yang valid dan akurat tentang kepesertaan penduduk miskin. "Bantuan pelayanan kesehatan kepada penduduk miskin, dimana semua penduduk miskin harus terdaftar sebagai peserta Medan Sehat, baik jamkesmas maupun medan sehat," katanya.

Masih dikatakan Edwin, program khusus yang dirancang untuk Tahun 2011, tentang Gerakan Pemberantasan DBD, karena penyakit ini perlu penanganan terpadu. Dikatakannya, langkah-langkah penanganan kasus DBD, Dinkes Medan membuat pemetaan daerah rawan kasus. Artinya, pihaknya membuat pemetaan berdasarkan laporan kasus mana daerah lingkungan yang rawan sepajang tahun. "Dari pemetaan tadi, itu adalah daerah sumber perindukan nyamuk DBD dimana banyak terjangkit DBD," terangnya sembari mengatakan pihaknya telah melakukan intervensi dengan melibatkan sektor terkait, seperti Dinas kebersihan, Dinas PU, Dinas Perkim dll.

Masih dikatakan Edwin, satu yang kita lakukan selain gerakan 3m, jangan sampai ada wadah genangan air yangg terlantar.

"Karena sumber DBD ada digenangan air, dikantong plastik, tempat bunga atau dipot bunga. Kalau ditemukan sarang nyamuk disitu berarti sudah 2 minggu air tidak dikuras atau sudah 2 minggu air tergenang di wadah tersebut," bebernya seraya menambahkan DBD penularan dari nyamuk bukan dari yg lain, Jadi yang perlu kita berantas, sarang nyamuk.

Dijelaskannya, penyakit DBD merupakan penyakit berbasis lingkungan, artinya lingkungan kumuh yang tidak terurus pasti lingkungan tersebut endemis DBD.

"Untuk itu, kita membuat gerakan kebersihan lingkungan dan ini melibatkan keterpaduan lintas sektor untuk gerakan kebersihan lingkungan," ujarnya.

Masih Edwin, program khusus lainnya yang akan dilaksanakan Dinkes Medan di Tahun 2011, yaitu Antisipasi kejadian Gibur di Kota Medan.
"Kalau sudah ada kasus, kita melakukan upaya pemulihan," ujarnya sembari mengatakan kedepan melakukan gerakan bersama untuk mencegah Gibur.

Gibur bisa dideteksi melalui Posyandu dan Puskesmas. Saya bisa mengatakan begitu karena Gibur bisa terlihat dari timbangan. Misalnya, Berat badan dengan umur tidak sesuai atau tinggi badan tidak sesuai dengan berat badan. "Ini pertanda awal masalah gangguan gizi, bisa dimulai dari gizi kurang, biasanya gizi kurang dan gizi buruk dikarenakan Kurangnya kalori protein didalam tubuh.

Ditanya mengenai kendala dalam penanganan program kegiatan ini, Edwin memaparkan kalau kendala pasti ada, misalnya dalam pendataan JPKMS, yaitu kendalanya masih banyak penduduk Kota Medan yang belum mempunyai Kartu Keluarga dan KTP termasuk yang menjadi kendala dalam pendataan JPKMS, perlunya penganyoman yang lebih arif dari perangkat kecamatan.
Sedangkan kendala untuk DBD itu biasanya, kurangnya kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang pentingnya kebersihan lingkungan, kendala lainnya untuk kasus DBD ini adalah masih rendahnya peran serta masyarakat dalam upaya pemberantasan sarang nyamuk dlingkungannya.

Sedangkan kendala untuk Kasus Gibur, dikarenakan rendahnya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan kesehatan ke Posyandu dan Puskesmas. Kendala lainnya, terang Edwin, Perlunya keterpaduan lintas sektor untuk memanfaatkan potensi yang ada dalam membantu kecukupan kebutuhan kalori bagi keluarga yang tidak mampu. "Saya mengharapkan semua elemen masyarakat yang mampu membuat bantuan kepada masyarakat miskin yang terkena gibur. Ini bertujuan agar tepat sasaran kepada penduduk yang berhak," katanya lagi.(Akb)