RSUPHAM Rapat 2 Jam Untuk Membentuk Tim Penanganan Bayi Kembar


Medan - Untuk menangani perawatan lanjutan untul bayi kembar siam dempet dada dan perut anak dari pasangan suami istri, Daniel Hutauruk (32) dan Helprida Naibaho (29) warga jalan Veteran pasar IV, Helvetia, lahir di RSU Imelda dengan cara operasi caesar sekitar pukul 11.30 Wib, Minggu (30/1). RSUP H Adam Malik Medan mengadakan rapat diruang rapat II lantai II Selasa (1/2) sekitar dua jam untuk membentuk Tim dokter khusus menangani masalah bayi kembar Siam dempet dada dan perut. Hal ini dikatakan Humas RSUP H Adam Malik Medan, Sairi. Selasa (1/2)

Dikatakannya pihaknya sudah membentuk Tim dokter yang diketuai Prof. Dr. Munar Lubis SpA(K) untuk menangani bayi kembar siam yang belum memiliki nama ini. "Kondisi bayi tersebut jelek dan masih sama seperti kemarin," katanya sembari mengatakan bayi tersebut kaki dan tubuhnya membiru karena ada gangguan pada jantung dan pernapasan. Untuk penanganan pertama, sambung Sairi pihaknya sudah memberikan fentilator, infus dan terapi.

Dikatakannya, Tim yang akan menangani bayi ini terdiri dari dokter anak, dokter anastesi, mikrobiologi, radiologi, dokter objin, dokter bedah plastik, dokter kulit, dokter jantung dll yang berhubungan untuk penanganan bayi kembar siam. Ditanya mengenai pembiayaan bayi tersebut menggunakan dana darimana, Sairi mengatakan pihaknya belum tahu dan yang pasti bayi kembar siam calon pasien Jamkesmas.

Sebelumnya, bayi kembar siam dempet dada dan perut atau dalam bahasa kedokterannya Torachopagus Konjuint Twin lahir Minggu (30/12) sekitar pukul 11.00 wib dirumah sakit Imelda dan satu hari berada di RSU Imelda, bayi Torachopagus Konjuint Twin dirujuk ke RSUP H Adam Malik Medan Senin (31/12) sekitar pukul 10.00 Wib.

Kelahiran bayi Torachopagus Konjuint Twin tersebut menambah daftar bayi kembar siam dempet dada dan perut yang ditangai di RSUP H Adam Malik. Di tahun 2010 terakhir kali yang ditangani anak dari pasutri Muslim dan Siti Hajar (Nabila dan Naila) warga Kampung Bandar Siloh, Kecamatan Bandar Masilam, Kabupaten Simalungun, namun keduanya meninggal sebelum dilakukan tindakan pemisahan.

Masih dikatakan Sairi, Heprida Naibaho melahirkan secara operasi caesar di RSU Imelda dengan usia kandungan 7 bulan (belum cukup umur) dan kelahiran tersebut merupakan kehamilan yang keenam kalinya.

Masih Sairi, bayi tersebut lahir dengan berat badan keduanya 2,6 kg, sedangkan panjangnya belum diketahui. Kondisi bayi setelah dirujuk ke RSUP H Adam Malik masih buruk dengan beberapa kelainan. "Bayi yang satu, ada gangguan dengan katub jantungnya dan bayi yang satu lagi ruang jantungnya tidak terbentuk sempurna, Kondisinya jelek, yang satu ada gangguan pada katub jantungnya dan yang satu ruang jantungnya tidak terbentuk sempurna. Biasanya jantung itukan ada empat ruang, diatas ada dua, dibawah ada dua disebelah kanan dan kiri. Tapi ini tidak tampak" katanya.

Meski pihaknya sudah memasangkan ventilator pada bayi torachopagus konjuint twin itu, sambung Sairi, namun pemberian oksigennya tidak bisa sempurna karena paru-parunya tidak mengembang. “Kita sudah pasangan ventilatior tapi tidak ada reaksi. Jadi pemberian oksigennya tidak bisa sempurna karena paru-parunya tidak mengembang. Soal apakah bisa diselamatkan, kita tidak bisa memprediksinya.

Sementara itu, menurut Ayah bayi Torachopagus Konjuint Twin, Daniel Hutauruk (32) saat ditanyai mengenai apakah ada firasat buruk saat sang bayi masih dalam kandungan, Daniel mengatakan tidak ada firasat buruk kalau anaknya bakal lahir kembar siam.

Karena, dirinya tidak pernah memeriksakan kandungan isterinya dari USG. Ia hanya memeriksakan kandungan isterinya beberapa kali kepada bidan diklinik kecil depan RSU Imelda. “Memang tidak pernah di USG, hanya periksa kandungan saja ke bidan. Bidan tidak pernah curiga kalau anak kami akan lahir kembar, karena saat ditimbang beratnya normal. Waktu saya periksa terakhir kali seminggu yang lalu, bidan hanya bilang posisi anak saya tidak mau berubah, kepalanya masih saja diatas,”cerita Daniel.

Sambung Daniel, tidak ada tanda-tanda buruk selama isterinya hamil hingga kelahiran anaknya. “Nggak ada tanda-tanda buruk, isteri saya juga ngidamnya nggak macam-macam, ya sewajarnya sajalah. Hanya saja, memang isteri saya waktu hamil wajahnya beda, kali ini wajahnya lebih cerah. Tingkah saya hanya sedikit aneh, saya jadi suka menanam bunga didepan rumah, ternyata yang lahir perempuan,” terangnya.

Daniel menjelaskan, anaknya yang lahir kembar merupakan anak ke enam dan tujuh. Anak pertama meninggal setelah sehari lahir, anak kedua dan keempat gugur saat dalam kandungan, anak ketiga dan lima yang masih hidup dan anak ke-enam dan tujuh baru lahir kondisi kembar siam. “Memang ada keturunan kita yang anaknya juga kembar dari adik ibu saya. Soal anak kami yang lahir kembar, isteri saya memang sudah tahu dari perawat yang menangani dia di RS Imelda, tapi dia belum melihatnya," katanya sembari mengaku, pasrah dan mempercayakan anaknya ditangai oleh tim dokter RSUP H Adam Malik.

“Saya percayakan saja kepada dokter untuk menanganinya, soal kematian itukan Tuhan yang menentukan, jadi saya pasrahkan saja pada Tuhan. Tapi, saya berharap kedua anak saya bisa selamat. Soal biaya, saya masih urus Jamkesmas dan mudah-mudahan bisa dikeluarkan segera,” harap Daniel yang hanya memiliki penghasilan Rp30.000-50.000/hari sebagai penarik becak bermotor ini, sembari menjelaskan kalau istrinya masih di RSU Imelda dan belum bisa keluar karena pihak rumah sakit belum bisa mengeluarkan istrinya karena kartu Jamkesda dari Deli Serdang tidak bisa digunakan. "Saya berharap ada orang yang mau membantu saya dalam penanganan biaya untuk kesembuhan bayi kembar saya," katanya lagi. (Akb)

0 komentar: