Beri bendera pesan ini Dinkes Sumut Waspadai Kasus Flu Burung

Medan - Kasus flu burung yang ditemukan kasusnya pada tahun 2006-2007 dimana sebanyak 8 orang positif dan 7 diantaranya meninggal, hingga kini belum ditemukan kasus seperti ini lagi, namun Propinsi Sumatera Utara tetap mewaspadai kasus flu burung ini, khususnya pada manusia. Rabu (9/2)

"Kewaspadaan flu burung pada manusia, bisa saja terjadi, soalnya di Sumut termasuk salah satu propinsi yang masih terjadi kasus flu burung pada unggas," kata Kepala Dinas Kesehatan Sumut dr Candra Syafei SpOG melalui Kepala Seksi Wabah Suhadi, Rabu (9/2).

Dikatakannya, Di Indonesia, hanya Gorontalo dan Maluku Utara yang tidak terdapat kasus flu burung pada unggas. Namun, provinsi lainnya, masih endemis flu burung pada unggas yang ditandai dengan kematian mendadak pada ayam. "Dengan begitu, masih ada kekhawatiran kasus pada unggas terjangkit pada manusia,” ujarnya.

Sambung Suhadi, masalah ini tidak saja menjadi perhatian Negara, tapi juga organisasi kesehatan dunia (WHO). Untuk itu, negara yang berpotensi terjadinya kasus flu burung digalakkan sosialisasi kepada masyarakat tentang penanganan kasus secara dini.

Dikatakannya, sejak 2010-2011, Dinkes Sumut sudah memberikan sosialisasi kepada 1650 orang di seluruh kabupaten/kota se-Sumut tentang penanganan secara dini terkait kasus flu burung. “Kita sudah melakukan sosialisasi flu burung 55 angkatan dengan jumlah 1650 orang se Sumut,” jelas Suhadi.

Dijelaskannya, materi sosialisasi, bagaimana mendiagnosa atau mengenali kasus di pelayanan kesehatan dasar, baik Puskesmas atau klinik dokter swasta. Soalnya, berbagai penyakit selalu dengan gejala demam. Flu burung juga masuk dengan demam tinggi.

“Petugas pelayanan kesehatan harus melakukan anamneses mendalam jika menangani pasien yang demam. Misalnya, menanyakan apakah pasien itu dalam seminggu terakhir ada kontak dengan unggas yang mati mendadak atau kontak dengan produk unggas. Jika ada, maka kuat dugaan pasien itu suspect flu burung,” ungkapnya.

Setelah anamneses dan ada dugaan, masih dikatakan Suhadi, maka bagaimana melakukan penatalaksanaan. Dalam hal ini, petugas segera memberikan obat Oseltamivir atau Tamiflu. "Obat ini, ada disediakan Kemenkes RI dan telah didistribusikan ke seluruh daerah," ungkapnya.

Selain pemberian obat Tamiflu, langkah selanjutnya, pasien harus dirujuk ke rumah sakit yang ditunjuk untuk penanganan flu burung. Di Sumut, ada lima rumah sakit yakni, RSUP Haji Adam Malik Medan, RS Siantar, RS Tarutung, RS Padangsidimpuan dan RS Kabanjahe.

Tidak hanya itu, petugas juga harus melakukan pencatatan dan melaporkan serta menanggapi kasusnya ke instansi terkait.

"Jika memang ada ditemukan suspect flu burung, maka pemeriksaan specimen secara umum bisa dilakukan di Sumut dengan system pemeriksaan ELISA. Jika hasilnya positif, maka pemeriksaan dilanjutkan ke Balitbangkes Kemenkes untuk lebih memastikan," bebernya.

Selain itu, lanjut Suhadi, masyarakat juga diminta proaktif melaporkan setiap kasus unggas mati mendadak yang ditemukan di masyarakat. Artinya, setiap ada kematian unggas, maka perlu diwaspadai warga sekeliling apakah ada ditemukan influenza like illness (ILI) atau sakit seperti flu.

“Jadi, semakin cepat ditangani kasusnya, maka angka kematian akibat flu burung bisa diminimalisir. Soalnya, beberapa kasus yang pernah terjadi sebelumnya, kematian disebabkan karena keterlambatan penanganan kasusnya,” katanya lagi. (akb)

0 komentar: