Masih ingatkah kalian sewaktu duduk dibangku sekolah? Mungkin itu sudah 24 tahun silam persisnya sewaktu masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Umumnya, siswa SD dibekali ilmu dasar, membaca dan menulis. Biasanya yang menjadi objek dalam belajar membaca adalah “Budi”. Misalnya, Ini Ibu Budi. Kalimat itu acapkali kita dengar saat kita berada di tahun pertama memijak dunia pendidikan.
Selain membaca, menulis juga menjadi pelajaran utama dalam pengenalan dunia luar nantinya. Kali pertama diajarkan menulis oleh guru menggunakan pensil. Itu merupakan alat tulis pertama yang kita kenal waktu itu. Disitulah kita mulai mengenal alphabet. Selama SD, kita mempelajari tiga ilmu, membaca, menulis dan berhitung. Ketiga ilmu itu yang menjadi pelajaran khusus baik dari kelas satu sampai kelas enam.
Namun kalau kita sedikit mengingat tentang masa-masa SD, mengarang adalah satu pelajaran yang diharuskan untuk siswa kelas empat SD. Pelajaran itu sangat tidak mengenakkan bagi sebahagian siswa. Walau ada juga siswa yang menyukai pelajaran ini, karena pelajaran tersebut tidak mesti menguras otak. Hanya sekedar batas ingatan dan apa yang dialami oleh seorang siswa.
Beranjak dari bangku SD, awal pertama duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) mengarang semakin ditinggalkan. Hal itu kemungkinan dikarenakan mata pelajaran mengarang sudah tidak termasuk dalam silabus. Selain dari itu dibangku SMP, pelajaran semakin bertambah sedikit kompleks dari sebelumnya. Sehingga pengetahuan tentang merangkai kata-kata atau yang lazim disebut mengarang semakin mendingin dibenak dan pikiran kita. Alhasil, kita hanya bisa mengetahui dan memahami ilmu pasti yang dimana juga kita ketahui ilmu pasti itu sendiri tidak dinamis. Selalu itu-itu dan itu saja sampai dunia ini berakhir.
Semasa SMP les tambahan untuk memahami ilmu pasti sangat digemari para siswa. Tapi ilmu tentang mengarang, seakan memang ditinggalkan. Kembali ketopik sebelumnya, semasa SMP kita sudah diajarkan menulis dengan pena. Dengan kata lain, kebiasaan kita menulis dengan pensil seakan didinginkan begitu saja. Dan semasa SMP, kita dikenalkan pensil hanya untuk menggambar. Biasanya itu terdapat dalam pelajaran Keterampilan Tangan dan Kesenian (KTK). Jadi seakan, pengenalan kita tentang pensil diluluhlantakkan dengan pena.
Pena ini terus kita gunakan sampai ketingkat perguruan tinggi. Namun sebelumnya, kita juga dikenali dengan pensil sebagai alat untuk menghitamkan lingkaran jawaban saat Ujian Nasional (UN) atau ujian lulus-lulusan. Jelas sudah, semakin lama ilmu kita bertambah sedikit demi sedikit tentang perubahan penggunaan alat tulis. Hingga akhirnya memasuki perguruan tinggi. Tahap awalnya adalah ujian yang sering dikenal orang dengan SPMB. Saat itu juga kita masih menggunakan pensil.
Setelah lulus, dan memasuki jenjang perguruan tinggi, pensil seakan ditinggal begitu saja. Pena menjadi sorotan utama untuk menulis apa yang dikatakan dosen. Memang selain soft copy yang kita terima dari dosen, namun ada sebahagian yang kita tulis di binder kita kata-kata mutiara dari dosen yang biasanya dikeluarkan saat ujian mid semester dan ujian akhir semester (UAS). Namun pola pemikiran kita menulis dengan pena hanya sebatas sampai semester delapan saja. Karena dalam pengurusan skripsi atau tugas akhir, kita harus menulis laporan tersebut dengan computer. Dimana pensil dan pena tidak dibutuhkan lagi. Ada gunanya juga kita menulis laporan menggunakan computer, selain tulisan yang kita hasilkan mudah dibaca, juga kita bisa dengan mudah mengecek kesalahan tulisan sesuai Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Tapi apalah daya, karena sudah keseringan menulis dengan keyboard computer, kita semakin kaku menulis dengan tangan kita sendiri.
Belum selesai sampai disitu, setelah tamat dari perguruan tinggi kita juga memasuki dunia pekerjaan. Untuk saat sekarang ini, dunia pekerjaan semuanya dibekali dengan computer. Jadi tulisan tangan tidak digunakan lagi. Paling tidak, tulisan tangan hanya digunakan untuk tanda tangan semata. Pensil dan pena tidak digunakan bagi mereka yang sedang membuat tugas akhir dan bagi mereka yang sudah bekerja.
Ya mungkin itu sudah zamannya. Kalau tidak mengikuti perkembangan zaman, kita bisa dibilang manusia tertinggal. Revolusi dalam diri kita acapkali terjadi. Perubahan yang terjadi pada diri kita itu memang bagus, apalagi perubahan yang positif. Namun tidak salah juga supaya kita tetap mengingat kali pertama kita belajar menulis itu menggunakan pensil. Kalau tidak ada pensil, kita tidak bisa menulis. Namun kalau tidak computer, kita tetap saja bisa menulis karena masih ada pensil dan pena.