Medan - Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumatera Utara (Sumut) dan Dinkes Deli Serdang melakukan siaga selama 2 minggu dengan mendirikan posko di wilayah seratusan unggas yang tewas di Desa Lama, Kecamatan Pancurbatu, Kabupaten Deliserdang guna mendeteksi kesehatan masyarakat di wilayah yang dinyatakan positif terkena flu burung.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Sumut, dr Candra Syafei SpOG, Sabtu (26/2) menjelaskan, meskipun belum ditemukan adanya suspect flu burung (H5N1) terhadap masyarakat di wilayah tersebut, ada baiknya Dinkes melakukan kesiagaan dini apabila ditemukannya warga suspect akibat matinya seratusan unggas di wilayah itu. “Dari segi hewan, hal itu dilakukan oleh Dinas Peternakan. Sedangkan tugas kita melakukan antisipasi kejadian ini yang dapat berakibat terganggunya kesehatan masyarakat,” sebut Kadis.
Dirinya menghimbau, kepada seluruh masyarakat di area tersebut agar mendatangi posko yang sudah disediakan untuk mengecek kesehatannya apabila ada indikasi gejala flu disertai demam. “Nantinya, dalam pemeriksaan kesehatan itu, petugas posko akan melakukan pengambilan sample berupa usap hidung tenggorokan (dahak) dan specimen darah. Kemudian, sampel tersebut dibawa ke Balitbang Depkes RI di Jakarta untuk diperiksa melalui laboratorium,” jelasnya.
Untuk kesediaan obat tamiflu, dokter spesialis obstetri ginekologi atau kandungan itu menyebutkan, kesedian obat dinyatakan cukup dan tersedia di Dinkes Deli Serdang maupun buffer stok Dinkes Sumut. “Tamiflu hingga kini masih cukup. Jadi tidak perlu dikhawatirkan. Jika nantinya ditemukan masyarakat yang positif atau pun suspect akan dirujuk ke RSUP H Adam Malik,” tandasnya.
Seperti yang diketahui, di Sumut sendiri, hampir seluruh Kabupaten/Kota sudah tertular virus ini. Namun untuk temuan kasus terbesar terjadi di Tahun 2006-2007 sangat tinggi, apalagi hal itu diikuti dengan kematian terhadap manusia. Tahun 2006 silam, Dinas Peternakan Sumut menerima laporan sebanyak 48.518 ekor unggas yang mati mendadak dan ini terjadi di 18 Kabupaten/Kota seperti Deli Serdang, Medan, Karo, Serdang Bedagai (Sergei), Simalungun, Tapanuli Tengah, Humbang Hasundutan (Humbahas), Pak-pak.
“Kalau di tahun 2007, laporan dari Kabupaten/Kota ke kita sebanyak 11.579 ekor unggas dan terjadi di 28 Kecamatan dan tersebar di 27 Kabupaten/Kota,” kata Kabid Kesehatan Hewan Dinas Peternakan Sumut, Mulkan beberapa waktu lalu.
Sepanjang tahun 2008, kasus flu burung tidak ditemukan sama sekali, hanya saja temuan kembali terjadi di tahun 2009 bersifat sporadis atau sewaktu-waktu kasus ditemukan dan temuan kasus kematian tidak banyak, namun pada prinsipnya sudah dapat dikendalikan.
“Meskipun dapat dikendalikan, namun kita tidak boleh lengah dan harus tetap mewaspadai agar jangan kecolongan. Kalau di tahun 2009 terjadi di 23 Kabupaten/Kota dengan temuan 7.720 kasus salah satu daerahnya yakni Kota Medan,” sebutnya.
Dalam hal ini, dikatakan Mulkan, pihaknya melibatkan sebanyak 172 tenaga PDSR yang sudah diberikan pelatihan dan bekerjasama dengan Food and Agriculture Organization (FAO), sehingga tim gerak cepat flu burung (PDSR) ini dengan cepat merespon masyarakat dengan turun langsung ke lapangan.
“Secara aktif dan pasif mereka siap 24 jam. Tindakan yang dilakukan yakni vocal calling yakni dengan melakukan pemusnahan terhadap unggas di suatu daerah yang terinfeksi, agar tidak menyebar ke daerah lainnya,” timpalnya.
Ditanya mengenai efektif pemeliharaan ungggas, Mulkan menjawab, hal tersebut sudah diatur sesuai peraturan Gubernur No 6 tahun 2007, dimana dalam Pergub itu disebutkan tentang penanggulangan penangangan Avian Influenza (AI) dan pemelihara ternak unggas.
Di peraturan itu disebutkan semuanya cara beternak unggas dengan baik dan benar seperti kandangnya, makannya dan jarak pengandangannya juga diperhatikan dengan pemukiman. Berbicara tentang pemberian vaksin terhadap unggas itu dilakukan bermacam-macam cara kapan waktu yang tepat, Mulkan mencontohkan, ketika unggas menderita penyakit Newcastle Disease (ND), unggas tersebut harus divaksin ketika berumur 3 hari, selanjutnya vaksin dilakukan ketika unggas berumur 3 minggu, 3 bulan.
“Dan selanjutnya setiap 6 bulan sekali pemberian vaksin dilakukan,” terangnya. Newcastle Disease (ND) disini sama dengan Flu Burung (H1N1), namun ND ini hanya menular antara sesama unggas saja. “Kalau Flu Burung ini kan tidak, dia menular antara hewan ke manusia saja,” tandasnya.
Secara umum, virus ini hidup dengan kondisi suhu yang lembab dan virus ini penyebarannya cukup cepat karena virus ini dapat menyebar dengan bantuan udara. Dengan adanya potensi flu burung di Sumut ini, Dinas Peternakan Sumut mengharapkan kepada seluruh masyarakat agar turut berpartisipasi seperti memberikan laporan ketika ditemukannya kasus tersebut.
“Selain itu kita minta agar mereka beternak dengan baik dan benar sesuai dengan peraturan yang ada dan tidak hanya terhadap unggas namun hewan-hewan yang lainnya,” tuturnya.
Untuk vaksinasi hewan ternak, dalam RUU No 18 tahun 2009 disebutkan vaksinasi harus dilakukan oleh masyarakat tersebut, namun masyarakat di Sumut masih dinilai kurang kesadaran untuk memvaksinasi hewannya.
“Namun disini masih dikombinasikan dan diharapkan untuk tahun berikutnya, masyarakat sendiri yang harus melakukannya,” pungkanya. (akb)
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Sumut, dr Candra Syafei SpOG, Sabtu (26/2) menjelaskan, meskipun belum ditemukan adanya suspect flu burung (H5N1) terhadap masyarakat di wilayah tersebut, ada baiknya Dinkes melakukan kesiagaan dini apabila ditemukannya warga suspect akibat matinya seratusan unggas di wilayah itu. “Dari segi hewan, hal itu dilakukan oleh Dinas Peternakan. Sedangkan tugas kita melakukan antisipasi kejadian ini yang dapat berakibat terganggunya kesehatan masyarakat,” sebut Kadis.
Dirinya menghimbau, kepada seluruh masyarakat di area tersebut agar mendatangi posko yang sudah disediakan untuk mengecek kesehatannya apabila ada indikasi gejala flu disertai demam. “Nantinya, dalam pemeriksaan kesehatan itu, petugas posko akan melakukan pengambilan sample berupa usap hidung tenggorokan (dahak) dan specimen darah. Kemudian, sampel tersebut dibawa ke Balitbang Depkes RI di Jakarta untuk diperiksa melalui laboratorium,” jelasnya.
Untuk kesediaan obat tamiflu, dokter spesialis obstetri ginekologi atau kandungan itu menyebutkan, kesedian obat dinyatakan cukup dan tersedia di Dinkes Deli Serdang maupun buffer stok Dinkes Sumut. “Tamiflu hingga kini masih cukup. Jadi tidak perlu dikhawatirkan. Jika nantinya ditemukan masyarakat yang positif atau pun suspect akan dirujuk ke RSUP H Adam Malik,” tandasnya.
Seperti yang diketahui, di Sumut sendiri, hampir seluruh Kabupaten/Kota sudah tertular virus ini. Namun untuk temuan kasus terbesar terjadi di Tahun 2006-2007 sangat tinggi, apalagi hal itu diikuti dengan kematian terhadap manusia. Tahun 2006 silam, Dinas Peternakan Sumut menerima laporan sebanyak 48.518 ekor unggas yang mati mendadak dan ini terjadi di 18 Kabupaten/Kota seperti Deli Serdang, Medan, Karo, Serdang Bedagai (Sergei), Simalungun, Tapanuli Tengah, Humbang Hasundutan (Humbahas), Pak-pak.
“Kalau di tahun 2007, laporan dari Kabupaten/Kota ke kita sebanyak 11.579 ekor unggas dan terjadi di 28 Kecamatan dan tersebar di 27 Kabupaten/Kota,” kata Kabid Kesehatan Hewan Dinas Peternakan Sumut, Mulkan beberapa waktu lalu.
Sepanjang tahun 2008, kasus flu burung tidak ditemukan sama sekali, hanya saja temuan kembali terjadi di tahun 2009 bersifat sporadis atau sewaktu-waktu kasus ditemukan dan temuan kasus kematian tidak banyak, namun pada prinsipnya sudah dapat dikendalikan.
“Meskipun dapat dikendalikan, namun kita tidak boleh lengah dan harus tetap mewaspadai agar jangan kecolongan. Kalau di tahun 2009 terjadi di 23 Kabupaten/Kota dengan temuan 7.720 kasus salah satu daerahnya yakni Kota Medan,” sebutnya.
Dalam hal ini, dikatakan Mulkan, pihaknya melibatkan sebanyak 172 tenaga PDSR yang sudah diberikan pelatihan dan bekerjasama dengan Food and Agriculture Organization (FAO), sehingga tim gerak cepat flu burung (PDSR) ini dengan cepat merespon masyarakat dengan turun langsung ke lapangan.
“Secara aktif dan pasif mereka siap 24 jam. Tindakan yang dilakukan yakni vocal calling yakni dengan melakukan pemusnahan terhadap unggas di suatu daerah yang terinfeksi, agar tidak menyebar ke daerah lainnya,” timpalnya.
Ditanya mengenai efektif pemeliharaan ungggas, Mulkan menjawab, hal tersebut sudah diatur sesuai peraturan Gubernur No 6 tahun 2007, dimana dalam Pergub itu disebutkan tentang penanggulangan penangangan Avian Influenza (AI) dan pemelihara ternak unggas.
Di peraturan itu disebutkan semuanya cara beternak unggas dengan baik dan benar seperti kandangnya, makannya dan jarak pengandangannya juga diperhatikan dengan pemukiman. Berbicara tentang pemberian vaksin terhadap unggas itu dilakukan bermacam-macam cara kapan waktu yang tepat, Mulkan mencontohkan, ketika unggas menderita penyakit Newcastle Disease (ND), unggas tersebut harus divaksin ketika berumur 3 hari, selanjutnya vaksin dilakukan ketika unggas berumur 3 minggu, 3 bulan.
“Dan selanjutnya setiap 6 bulan sekali pemberian vaksin dilakukan,” terangnya. Newcastle Disease (ND) disini sama dengan Flu Burung (H1N1), namun ND ini hanya menular antara sesama unggas saja. “Kalau Flu Burung ini kan tidak, dia menular antara hewan ke manusia saja,” tandasnya.
Secara umum, virus ini hidup dengan kondisi suhu yang lembab dan virus ini penyebarannya cukup cepat karena virus ini dapat menyebar dengan bantuan udara. Dengan adanya potensi flu burung di Sumut ini, Dinas Peternakan Sumut mengharapkan kepada seluruh masyarakat agar turut berpartisipasi seperti memberikan laporan ketika ditemukannya kasus tersebut.
“Selain itu kita minta agar mereka beternak dengan baik dan benar sesuai dengan peraturan yang ada dan tidak hanya terhadap unggas namun hewan-hewan yang lainnya,” tuturnya.
Untuk vaksinasi hewan ternak, dalam RUU No 18 tahun 2009 disebutkan vaksinasi harus dilakukan oleh masyarakat tersebut, namun masyarakat di Sumut masih dinilai kurang kesadaran untuk memvaksinasi hewannya.
“Namun disini masih dikombinasikan dan diharapkan untuk tahun berikutnya, masyarakat sendiri yang harus melakukannya,” pungkanya. (akb)
0 komentar:
Posting Komentar