BBPOM Perkuat Kordinasi Dengan Lintas Sektor


Medan - Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Sumatera Utara memperkuat koordinasi dengan Pemko / Pemkab sekaligus lintas sektor lainnya dalam mengantisipasi dan menindaklanjuti Jajanan Anak Sekolah (JAS) tidak sehat menyusul Wapres RI, Boediono 31 Januari 2011 mencanangkan gerakan jajanan sekolah sehat dan bersih.

“Secara teknis ini dilakukan kerjasama dengan lintas sektor lainnya sesuai fungsi masing-masing,” kata Kepala Bidang (Kabid) Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen (LIK) BBPOM Sumut, Drs Yulius Sacramento Tarigan Apt, Minggu (20/2).

Dikatakannya, pihaknya dan lintas sektor lainnya melakukan peningkatan program khusus jajanan anak sekolah. "Hal ini dilakukan karena selama ini banyak JAS yang menimbulkan korban dan itu semua anak yang duduk dibangku SD," terangnya seraya menerangkan peningkatan program tersebut antara lain, program pengawasan produksi, peredaran dan melakukan sosialisasi pemberdayaan konsumen.

“Diharapkan program ini nantinya bisa terlaksana dengan baik,” ujarnya. Selain itu, pihaknya setiap tahun melakukan dialog dan seminar dalam jajanan sekolah sehat dan bersih ini sekaligus meminta masukan-masukan efektif.

Secara spesifik, sambungnya JAS tidak sehat dikatakannya tidak ada. Akan tetapi secara potensi, kondisi jajanan sekolah tidak sehat selalu ada. “Seperti, penjual jajanan makanan di sekolah mendagangkan jualannya di area terbuka dan terdapat selokan kotor tanpa penutup. Ini dapat memicu jajanan sekolah menjadi tidak sehat,” paparnya.

Masih Sacramento, BBPOM Sumut tidak merekomendasikan anak sekolah mengonsumsi minuman mengandung pemanis buatan (siklamat). Sebab, dalam segi gizi kalori, kandungan ini tidak ada di dalam jenis minuman tersebut.

“Kita menghimbau kepada anak-anak sekolah agar menkonsumsi makanan yang terlindung dengan baik. Kepada orangtua, diharapkan selalu memberikan sarapan pagi kepada anaknya sebelum berangkat sekolah. Jangan biarkan anak berangkat sekolah dengan perut kosong,” terangnya.

Sementara itu, gabungan antar kementrian yakni Kementrian Kesehatan (Kemenkes), Kementrian Pendidikan Nasional (Kemendiknas), Kementrian Pemberdayaan Perempuan (PP) dan Pemberdayaan Anak (PA) menemukan 40-45 persen jajanan anak sekolah tidak higienis.

"Di Sumatera Utara, jajanan makanan tidak higienis masih ada ditemukan, namun dari tahun ke tahun kondisi ini sudah menurun," papar Sacramento seraya mengatakan dirinya tidak mendetailkan secara rinci persentase jajanan sekolah tidak higienis di Sumut terutama daerah mana saja yang sering ditemukan kasus seperti ini.

“Untuk persentase dan daerahnya saya tidak tahu, karena data saya lagi tidak ada. Tapi temuan ini tidak terlalu tinggi,” ungkapnya.

Selain himbauan kepada anak sekolah dan orangtua, dirinya juga menghimbau kepada produsen agar membeli bahan untuk dikelolanya dan diketahui persis. Jangan berjualan di tempat terbuka dari selokan kotor, kemasan harus benar-benar steril. Sedapat mungkin, produsen atau penjual makanan sekolah dapat memeriksakan mutu makanan di laboratorium.

Diketahui, tidak semua produsen khususnya pedagang makanan sekolah memiliki banyak uang untuk pemeriksaan mutu makanan yang dikelolanya ke laboratorium. Dalam hal ini, Sacramento mengarahkan pedagang untuk meminta bantuan kepada Pemko/Pemkab untuk pemeriksaan ini. “Pemko/Pemkab sudah ada program untuk itu. Pasti mereka (Pemko/Pemkab) mau membantunya. Saya yakin itu,” tegasnya. (Akb)

0 komentar: