Pengamat Kesehatan Berbicara Masalah Keracunan

Medan - Terkait masalah minuman super juice, pengamat kesehatan dr Delyuzar mengatakan persoalan minuman yang menggunakan zat pewarna semisal rodamin dapat merusak ginjal. "Tapi tidak tahu, zat pewarna yang lain, zat perwarna yang digunakan. Berapa dan berapa konsentrasinya. Karena ini tidak diperiksa oleh BBPOM," katanya. Kamis (24/2)

Dikatakannya, penggunaan zat pewarna rodamin ini sangat jarang akut. Disamping keracunan seperti ini disebabkan tercemar oleh mikrobiologi. "Seperti itu biasanya bisa tercemar bakteri, dan yang langsung begitu. Mikrobiologinya lah yang harus diperiksa," katanya.

Sedangkan penggunaan zat yang ada dalam minuman kemasan ini sangat jarang fatal. Namun jika penggunaannya berlebihan, bisa mengganggu, namun hal seperti ini sangat jarang. Sedangklan jika asam citrit tidak akan membunuh dan paling hanya bisa menyebabkan pendarahan pada sistem saluran percernaan.

"Pasiennya tidak muntah darah, itu menunjukkan hal itu bukan karena itu," ujarnya.

Namun yang dikhawatirkan mikrobiologinya. "Kita curiga itu minuman tersebut tercemar bakteri clospritridium botullinum yang bisa mengakibatkan muntah-muntah dan terjadi ganguan pernafasan. karena dia mengganggu di saraf. Jenis yang sering di minuman kaleng jika tidak memenuhi syarat kesehatan bisa mengakibatkan orang yang meminumnya kejang-kejang dan meninggal dunia," sebutnya.

Sementara itu menurut, dr Umar Zein mengatakan interaksi antara Dinas Kesehatan dengan BBPOM untuk mengungkap penyebab siswa tersebut keracunan. "Untuk mengungkap kasus keracuanan siswa tersebut, harus ada interkasi. Selain itu, konsentrasi yang terdapat dalam minuman tersebut harus disampaikan. Karena dengan konsentrasi tersebut dapat diketahui dampaknya baik dalam jangka pendek maupun panjang," katanya lagi.

Hal yang sama dikatakan dr Rizal Harri Nasution yang juga pengamat kesehatan mengatakan terkait masalah ini, seharusnya BBPOM dan sektor terkait seperti Dinas Kesehatan dan Disperindag harus benar-benar menanggapi hal ini. "Dalam waktu dekat, sudah sekitar empat kali kejadian keracunan yang melanda anak SD," katanya seraya menambahkan seharusnya BBPOM dan sektor terkait harus 24 jam bekerja dan harus mengambil sample makanan dari setiap kantin sekolah yang terdapat di Kota Medan. (Akb)

0 komentar: