Murhaty Sudah Bisa Bicara, Namun Tingkat Kesadarannya Menurun Karena Benturan Cangkul yang Begitu Kerasnya

Medan - Murhayati warga Jalan Dusun Manggisan, Desa Tumpatan Kecamatan Beringin Deli Serdang sudah menjalani operasi di RSUP H Adam Malik setelah kepalanya dicangkul oleh anaknya sendiri saat dirinya hendak melaksanakan solat dzuhur Jumat (18/2) kemarin.

Setelah kejadian Murhayati (korban) dibawa langsung ke RSUP H Adam Malik Jumat (18/2) sekitar pukul 17.55 wib untuk mendapatkan perawatan intensif.

Menurut Kabag Humas RSUP H Adam Malik Medan, Sairi membenarkan kalau Murhayati benar dirawat di RSUP H Adam Malik Medan. "Korban benar dirawat di Adam Malik, masuk ke Adam Malik Jumat (18/2) sekitar jam 17.55 Wib dan langsung dibawa ke IGD," kata Sairi. Sabtu (19/2)

Dikatakannya, setelah mendapat perawatan pertama di Instalasi Gawat Darurat (IGD), sekitar pukul 23.30 Wib, korban masuk keruang operasi untuk dilakukannya operasi. "Korban dioperasi oleh tim dokter bedah plastik. Operasi berjalan selama tiga jam. Masuk keruang operasi jam 23.30 selesai pukul 02.30 Wib Sabtu (19/2) dini hari," paparnya seraya menyatakan setelah operasi korban dipindahkan ke ruang Rindu A4 sekitar pukul 09.35 wib.

Ditanya mengenai seperti apa kondisi Murhayati pasca operasi, wanita berkacamata ini memaparkan, pasca operasi kondisi Muryati bagus dan saat ini sudah sadar. Namun sambung Sairi, tingkat kesadaran korban menurun karena kepalanya terbentur. "Memang setelah operasi kondisi korban bagus dan sudah bisa bicara namun karena benturan cangkul begitu keras, jadi tingkat kesadarannya berkurang, namun masih bisa diatasi" terangnya seraya menerangkan korban mengalami luka pada kening sebelah kanan.

Menurut pantauan Tribun di RSUP H Adam Malik Medan, Murhayati ditunggu oleh dua orang keluarganya dimana seorang laki-laki sekitar usia 42 tahun memakai baju kaos bekerah warna putih dan seorang lagi wanita berjilbab dan baju warna putih.

Menurut informasi yang dihimpun, kedua keluarga korban itu enggan untuk memberi informasi lebih lanjut dan pihak keluarga tidak mau difoto karena ini merupakan aib keluarga.

Terkait masalah ini wartawan berkordinasi kepada Humas agar bisa diberi izin untuk memoto korban, Sairi mengatakan pihaknya tidak bisa memaksa pasien dan keluarga pasien untuk meminta izin memoto. "Sudah ada perjanjian kita dan peraturan dirumah sakit ini, kalau keluarga pasien dan pasien yang bersangkutan untuk melarang dipublikasikan seperti difoto, maka saya tidak berani, karena itu melanggar peraturan dan hak pasien," katanya lagi seraya mengatakan korban merupakan pasien Jamkesmas. (Akb)

0 komentar: