Alat Rusak, Anak Krakatau Tak Bisa Dipantau

Aktivitas geologis Gunung Anak Krakatau tak bisa terpantau. Sebab, alat pencatat gempa atau seismograf yang memantau lindu di sekitar gunung itu rusak.

"Ada gangguan di alat yang belum dapat diatasi, tapi karena ombaknya ganas petugas belum bisa menyeberang ke pulau yang jaraknya cukup jauh," kata Kepala bidang pengamatan dan penyelidikan gunung api, M Indrasto, saat dihubungi VIVAnews, Senin 10 Januari 2011 malam.

Tidak berfungsinya alat seismograf sudah terjadi dua kali dalam dua bulan terakhir. Kerusakan pertama diakibatkan tertutupnya panel surya yang menjadi sumber energi. Sedangkan penyebab letusan kedua belum diketahui. Bisa karena tertutup abu atau, yang lebih parah, terkena bebatuan material vulkanik.

Sampai saat ini, kata Indrasto, status Anak Krakatau masih Waspada. "Letusan masih ada, angin mengarah ke timur, abunya sampai ke Carita," tambah dia.

Karena erupsi terus terjadi, penduduk dan pengunjung masih tak boleh mendekati Anak Krakatau dalam radius dua kilometer agar tak terkena material letusan gunung, termasuk percikan lahar.

"Kalau melihat ke sana, ke Rakata tidak apa-apa, yang tidak boleh mendekat di radius 2 kilometer, apalagi mendarat. Tapi cuaca seburuk ini kapal mana yang bisa mendekat."

Anak Krakatau adalah satu dari 100 gunung berapi yang terus dipantau Badan Antariksa AS, NASA melalui satelit Earth Observing-1 atau EO-1. NASA bahkan mengabadikan foto Anak Krakatau pada 17 November 2010.

NASA: Anak Krakatau November 2010

Ada dua alasan yang membuat NASA terus mengamati Anak Krakatau. Selain karena terus-menerus bererupsi, ini juga dilatarbelakangi faktor historis.

Induknya, Gunung Krakatau meletus pada 27 Agustus 1883 sekitar pukul 10.20 dengan kekuatan 13.000 kali bom atom yang meluluhlantakkan Hiroshima dan Nagasaki. Salah satu letusan gunung api paling kolosal sepanjang sejarah.

Saat itu, suara letusan Krakatau terdengar sampai Madagaskar dan Australia. Dua pertiga bagian gunung tenggelam ke dasar laut, dan menciptakan gelombang tsunami yang menewaskan puluhan ribuan orang. (akb)

sumber viva news

0 komentar: