Tangkahan Wisata yang Terabaikan


Tangkahan Wisata yang Terabaikan

Sehabis wisuda kemarin, Hasmar dan kawan-kawan ingin berlibur untuk merayakan wisuda mereka tanggal 29 Desember 2009. Teh hangat menemani pembicaraan mereka di salah satu kamar kos tempat yudi tinggal.

Akhirnya mereka memilih berlibur di Tangkahan, hari sabtu jam 10 jumpa di kampus. Kampus mereka itu terletak di Jl. Sisingamangaraja No 12 Medan. Hari yang dinanti-nantikan itu pun tiba. Jam 10 sudah berlalu sekitar 30 menit, yang datang kekampus sudah mencapai 10 orang, Akbar, Nanda, Ridho, Irul, Adi, Indra, Hasmar, Yudi, Dasril dan Fauzan. Mereka (yang 10 orang itu) pergi kerumah wawan yang berada di Marelan Pasar 5 No 143.

Dirumah wawan, mereka menunggu 2 orang teman lagi yang mau ikut berlibur ketangkahan, yaitu Padlin dan Alung. Setelah menunggu 2 orang dirumah wawan, mereka berangkat menuju Stabat, karena ada 1 teman lagi yang mau ikut. Ini sedikit berbeda, karena teman mereka yang satu ini seorang wanita sebut saja dia Ratih. Nah, dari rumah Ratih mereka memulai perjalanan menuju Tangkahan. Setelah 2 kilometer (km) dari rumah ratih mereka berjalan, tiba-tiba hujan datang dengan deras nya. Mereka berhenti dimesjid terdekat, dan ternyata Mesjid itu adalah Mesjid Raya Stabat. Setelah kurang lebih 20 menit hujan membasahi kota Stabat, akhirnya mereka bisa melanjuti perjalanan mereka. Tidak terasa oleh mereka ternyata, waktu telah menunjukkan pukul 16.00 WIB dan mereka telah berada di pedalaman Stabat tepatnya di Beteng Rejo.

Mustahil bagi mereka untuk melanjuti perjalanan ke Tangkahan karena hari sudah petang. Mereka memutuskan untuk menginap didaerah situ. Kebetulan mereka mempunyai teman yang bernama Yuli yang rumah nya berada di sekitar Beteng Rejo, jam 17.00 WIB mereka sampai dirumah Yuli. Keesokan hari nya mereka melanjutkan perjalanan ke Tangkahan jam 09.00 pagi. Mereka belum tahu pasti jalan ke Tangkahan, tetapi Yuli bilang kalau jalan ke Tangkahan itu ngikuti jalan saja, sampai di perkebunan dan tidak terdapat rumah penduduk, pedoman untuk sampai ke Tangkahan itu dengan melihat tiang listrik yang ada di sepanjang jalan.

Akhirnya tepat pukul 11.00 WIB, mereka tiba di tempat wisata alam Tangkahan. Subhanallah, cantik benar pemadangan di Tangkahan. Mereka harus membayar Rp 2000,00 per orang untuk dapat masuk kelokasi wisata. Setelah masuk ketempat wisata, mereka harus mengeluarkan uang Rp 2000,00 lagi untuk menyebrang sungai dengan Getek (Rakit). Setelah mereka menyebrang, mereka bisa menikmati panorama alam disana. Rasa lelah selama diperjalanan terbayar karena keindahan alam yang dimiliki Tangkahan. Tangkahan merupakan wisata alam yang terabaikan karena terletak didaerah terpencil yang bisa dibilang daerah pedesaan. Mereka bilang begitu karena jarak yang harus ditempuh itu sejauh 110 km dari Medan, tepatnya dari Jln Sisingamangaraja kampus UISU. Dari UISU sampai simpang Beteng Rejo itu sejauh 60 km dan sisanya yang 50 km itu jarak yang harus kita lewati dari simpang Beteng Rejo ke Tangkahan. Situasi jalan dari simpang Beteng Rejo masih bagus, jadi mereka bisa menempunya dengan kecepatan 80km/jam. Sesampainya di Titi Besi (nama jalan dipedalaman Beteng Rejo), situasi jalan sangat tidak bagus (rusak), jadi mereka menempuh jalan rusak itu dengan kecepatan 30 km/jam sejauh 20 km.

Seiring dengan perjalanan yang cukup melelahkan itu, mereka merasa puas karena di Tangkahan itu sendiri terdapat pemandangan yang bagus, pemandian air hangat, hutan yang masih asri dan terlindungi, kemudian ada Gajah yang menjadi Simbol di objek wisata yang amat jauh dari kota Medan. Tangkahan masih didalam Provinsi Sumatera Utara. Menurut mereka, dengan keindahan yang dimiliki Tangkahan, kalau dijaga dan diperhatikan sama Pemerintah, tempat ini bisa dijadikan objek wisata yang sangat digemari. Karena disana juga banyak wisata Mancanegara yang menikmati indahnya panorama alam Tangkahan. (AKB)

0 komentar: